KLIKANGGARAN - Cerita mistis memanggil arwah, sebagian pembaca mungkin punya pengalaman yang sama dengan saya. Saya mengalaminya saat masih usia remaja.
Ya, saya masih SMA pada sekitar tahun 1992 ketika cerita mistis itu berkunjung dalam kehidupan saya. Saat itu sudah biasa remaja seusia saya bermain dengan hal-hal mistis.
Saya besar di sebuah desa di ujung Jawa Timur, desa yang masih kental dengan aroma dan cerita mistis. Saya tidak begitu ingat, apakah ini hanya dilakukan anak-anak desa seperti kami, atau teman-teman di kota juga pernah mengalami masa itu.
Berenang dalam cerita mistis memanggil arwah, permainan mistis apa, sih, yang kami mainkan saat itu? Kami memanggil arwah dengan cara kami! Mirip dengan permainan Jaelankung, tetapi media kami beda walaupun mantra yang kami rapalkan sama.
Baca Juga: Maurizio Gucci dan Patrizia Reggiani: Dari Cinta ke Benci yang Berdarah
Ritual yang kami lakukan lebih mirip ritual Ouija Board. Satu ritual pemanggilan arwah berasal dari urban Eropa. Media kami sebuah papan atau kertas manila putih yang ditulis huruf A sampai dengan Z, di bawah huruf itu ditulis angka 0 sampai 9, di bawah angka itu di tulis ‘Ya’ ‘rumah’ dan ‘Tidak’ lalu kami siapkan cucing (cangkir mini yang biasa dipakai orang Thiong Hoa berwarna merah).
Saat semua sudah siap, kami akan duduk dengan rasa takut, tapi mau! Pemimpin ritual akan mulai menyentuh ujung cucing dengan jarinya, dimulai dari tulisan ‘rumah’. Saat jari dan cucing sudah pada tempatnya, maka kami semua yang berkumpul di sana akan bersama-sama membaca mantra. Mau tahu bagaimana mantranya?
Begini mantranya: “Pek Cucing, Pek Cucing di sini ada pesta, pestanya kecil-kecilan, datanglah tak diundang, pulanglah tak diantar” (bukankah mantra ini sama dengan mantra Jaelankung?)
Baca Juga: Dokumen Pfizer Mengungkapkan Berbagai Efek Samping yang Terjadi setelah Divaksinasi
Mantra itu akan terus diucapkan sampai cucing itu mulai bergerak sendiri, dan pemimpin ritual yang hanya menyentuh ujung cucing akan mengikuti ke mana cucing itu akan bergerak. Saat cucing itu mulai terasa berat dan bergerak, itulah saatnya semua peserta bebas bertanya.
Pertanyaan umum yang selalu kami tanyakan adalah, nama si arwah gentayangan ini siapa. Meninggal di usia berapa, meninggalnya kenapa. Setelah tiga pertanyaan itu terjawab, maka kami akan bebas bertanya apa saja. Mulai dari apakah besok guru matematika kami akan datang, atau apakah besok ada ulangan dadakan. Apa saja sebebas kami bertanya.
Biasanya si arwah ini akan menjawab satu per satu pertanyaan kami melalui huruf demi huruf yang dia putari dengan cucing. Kami tinggal mengejanya. Biasanya, arwah yang datang tidak pernah jauh dari desa kami, sebab kematiannya pun jelas.
Tidak jarang setelah memanggil arwah ini, kami datang ke tempat yang arwah itu ceritakan. Tujuannya apa? Untuk bertanya ke penduduk setempat, apakah benar pernah ada yang bernama ini, meninggal karena ini. Pembaca tahu? Semua benar!
Baca Juga: Deviasi Konstruksi Minus 91 Persen, Berikut Penyebab Tol Prabumulih-Muara Enim Gagal Operasi 2023
Artikel Terkait
Cerita Mistis, Jangan Baca Jika Anda Sendirian, Dijahili Arwah!
Cerita Mistis dari Dieng, Gadis Cilik Pilihan Kanjeng Ibu
Cerita Mistis dari Dieng, Suara Denting Sendok dan Cangkir
Cerita Mistis di Surabaya: Kesurupan Roh Reog, ketika Pulang Kampung
Cerita Mistis: Hati-hati dengan Permintaan Sesajen dari Jin sebab Akibatnya Akan Membuat Anda Menyesal
Cerita Mistis: Membongkar Misteri di Balik JIMAT
Cerita Mistis di Bali : Tidak Semua Cenayang Pemberani, Saya Salah Satunya
Cerita Mistis Bali: Roh Penjaga itu, Minta Sate Kambing
Cerita Mistis di Alam Sini, Mengenal Tanda-Tanda Rumah Angker
Cerita Mistis Tempat Angker di Korea: Rumah Sakit Jiwa Gonjiam