KLIKANGGARAN - Puisi masih ingin mengalun di siang yang mendung. Untuk siapa? Tentu saja untuk pembaca.
Sedemikian padat para kisah berebut mencuat ke permukaan. Selamat mendayung hari, sertakan puisi dan kopi agar indah semuanya.
Tiap bait puisi menyimpan makna tentu saja. Pembaca boleh mencoba menulis puisi untuk menyimpan perkara yang tak terkata.
Jangan lupa, mimpi adalah bagian dari cerita. Dia bisa menjelma menjadi apa saja, termasuk puisi dan sajak.
Baca Juga: Akta Nikah 'Orang Tua Kandung' Vanessa Anggel, Begini Duduk Perkaranya
The Road to Hell mengalun merdu
aku mendapati tubuhku meringkuk resah di pembaringan
menatap senyum hangat di wajahmu
menelusuri alunan cinta tak berbatas di sepanjang malam
di tepian senja hingga pagi menjemput kau di sana menjaga sepiku
hangat jemarimu telusuri tiap inci nadi cintaku
menggetarkan gelora yang telah lama beku
menguak pintu hati dengan tangan cintamu
dan aku tak kuasa menepis
Baca Juga: Puisi Basi untuk Sang Maha
Ingin kulihat cahaya berbinar di matamu
kabarkan bahagiamu dalam pelukanku
getar itu tiada terhenti saat kau lumat bibir kelu hingga menghangat
tepian asmara hempaskan segala tanya dan nada
entah sampai kapan kita berenang di sana
aku hanya ingin berenang dalam hangat bibirmu
biarkan sejenak mimpi menggelepar bersama peluh mengalir tiada henti
dan kita menyatu di dalamnya
Artikel Terkait
PUISI: Cappuccino dan Engkau
PUISI: Cappuccino Senja
PUISI: Pahlawan Itu
Puisi Ingin Kau Tahu
Puisi: Diam Itu Membunuhku
Puisi: Biruku
Puisi: Pulau Asmara