Waktu favoritku adalah ketika kami bersantai di balkon apartemen sambil menikmati sisa-sisa keriuhan parade―yang sebenarnya tidak akan pernah berhenti jika festival ini belum sampai ke hari terakhir. Di balkon itu, kami seolah-olah membayar utang jarak. Kadang, Dez bisa tiba-tiba menciumku tanpa peduli mungkin saja banyak pasang mata tertuju ke arah balkon kami.
Baca Juga: Gabung Dewa19, Ello Sebut Bagai Mimpi
“Apa kamu tidak akan membiarkanku kembali bekerja, Dez? David pasti kewalahan mencari penggantiku.”
Dez tertawa, tetapi kembali melumat bibirku dengan perlahan.
“Tidak. Aku kasihan kepada David. Pasti akan sulit menemukan kolumnis lain dengan otak dan pesona persis sepertimu.”
Dan, aku yakin, ucapan itu sudah membuat wajahku semerah kepiting rebus.
Dez selalu bisa memahami segalanya, termasuk ketika ada hari-hari aku tanpa henti mengiriminya jutaan pesan atau puluhan kali melakukan panggilan telepon. Aku bahkan tidak bisa menjelaskan mengapa aku melakukan hal itu. Padahal, tak jarang, itu adalah hari-hari ketika aku sibuk luar biasa di kantor.