Dodit dan Luvia memasuki mobil sambil berteriak diiringi derai tawa. Sementara Ratih berdiri ketakutan, tak tahu harus bersikap apa. gadis itu tak berani menatap Rama yang wajahnya terlihat semakin mengeras.
“Sorry Ma, toko baju pengantinnya keburu tutup, nanti sore kalian aku jemput. Hati-hati, ya.” teriak Dodit dengan tawa semakin berderai.
“Mas Rama, nitip Ratih, ya, jangan diapa-apain!” Luvia berteriak dari dalam mobil sambil memeluk Dodit dengan mesra.
Baca Juga: Pesan untuk Wibu dari Anime The Garden of Words
Rama berjalan mendekati mobil, tapi Dodit dan Luvia sudah menjauh, masih dengan tawa berderai. Dihampirinya Ratih, lalu ditariknya tangan gadis itu dengan kasar. Air mata sudah memenuhi pipi Ratih.
“Maksudnya apa ini?”
Ratih tidak berani menjawab, kepalanya semakin menunduk, wajahnya menyimpan ketakutan.
“Ratih, tolong jelaskan. Aku nggak ngerti maksudnya apa ini?”
“Sebenarnya yang mau menikah Mas Dodit dan Luvia.” Ratih menjawab hampir tak terdengar, tetapi suaranya hampir membuat dada Rama meledak.
Ditariknya lagi jemari Ratih, kini lebih lembut, lalu bertanya, “Kamu?”
Ratih menggeleng.
“Bukan kamu sama Dodit yang nikah?”
Baca Juga: Belajar dari Film Selesai, Apa yang Ingin Disampaikan Tompi?
Kembali Ratih hanya menggeleng, dan seketika gelengan itu disambut pelukan hangat kedua tangan merintih sepi di depannya. Rama berteriak pada laut, melompat menghamburkan bahagia, lalu menggenggam jemari Ratih yang masih ketakutan.
“Sudah terbukakah pintu rumah kaca itu untukku?”