Ratih mencoba menenangkan diri, memberi jeda pada hatinya agar tak lagi mengingat masa lalu. Dia bertekad menyudahi angan, kelak akan ada kopi sore dan timbunan cinta bersama Gading.
Wajah Gading masih belum bisa diusirnya begitu saja. Untukmenguatkan hati diraihnya sobekan kertas di dalam tas, lalu dibacanya nyaring dalam hati. Kopi sore dengan timbunan cinta yang telah kandas…
Ratih menatap sosok di depannya, bertanya dalam hati, apakah akan ada kopi sore dan timbunan cinta yang bisa dinikmatinya bersama lelaki muda itu?
“Baru bangun, Mas?” Luvia mencoba ramah, membangunkan lamunan Ratih.
Baca Juga: Wanita Jalang
“Hmmm…”
“Gimana persiapan wisudanya Kanda, udah beres?” Ratih mencoba bertanya dengan tenang, menyembunyikan gemetar tangannya.
“Udah. Kalau persiapan pernikahanmu gimana, udah beres?”
Rama menyalakan kreteknya, lalu duduk tak acuh di depan kedua gadis itu. Dihembusnya asap ketek di udara, mengepul memenuhi ruangan yang masih segar.
Ratih melirik sahabatnya, tak berani menjawab.
“Nggak usah malu-malu. Aku udah tahu kok, kalian mau nikah. Kamu Vi, nggak mau nikah juga?”
Baca Juga: Monolog Sepatu Bekas
“Aku juga mau nikah Mas, mungkin nanti setelah wisuda, tapi sama siapanya masih rahasia.”
“Kenapa dirahasiakan?”