Pada kutipan di atas penulis mendeskripsikan alat musik rebab dengan baik. Rebab mengiringi acara pernikahan anak dari Mak Tuo Airin.
7. Etek
Lokalitas selanjutnya yang disebutkan oleh penulis dalam alur ceritanya adalah penggunaan nama panggilan Etek untuk adik perempuan dari ibu atau ayah, berikut kutipannya.
“Iya, Etek. Kami sudah tahu. Uda Agung kakak kelas kami,” jawab Airin tersenyum. (Ingkar:86)
Pada kutipan di atas Etek digunakan Airin untuk memanggil adik perempuan dari ibunya atau dengan kata lain sebagai panggilan untuk “bibi”.
8. Uda
Di Minangkabau, Uda merupakan kata sapaan untuk kakak laki-laki atau untuk suami. Pada novel Ingkar terdapat beberapa kali lokalitas kata sapaan ini disebutkan seperti pada kutipan berikut ini.
“Sudah, Uda. Bukankah Uda yang mengatakan kepadaku dan anak-anak kita.” (Ingkar:100)
Uda digunakan oleh Ibu Livka untuk memanggil suaminya. Nama panggilan ini terkesan sopan dan menunjukkan rasa hormatnya seorang istri terhadap suami.
Berdasarkan beberapa kutipan di atas, aspek lokalitas Minangkabau berusaha untuk ditonjolkan oleh Boy Candra dalam novel Ingkar. Lokalitas tersebut terdiri atas ragam sapaan, alat musik tradisional, makanan khas, dan rangkaian adat Minangkabau. Warna lokal budaya Minangkabau digambarkan dengan baik oleh penulis. Penggunaan bahasanya yang ringan mampu menambah pengetahuan mengenai budaya Minangkabau bagi para pembacanya. Selain itu, rasa nasionalisme dan kecintaan yang tinggi para pembacanya akan semakin tumbuh lewat pengenalan karakteristik kearifan lokal Minangkabau.
Artikel ini ditulis oleh Dilla Jukhru Pianisa, Sastra Indonesia, Universitas Pamulang
DISCLAIMER: Isi artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis; isi artikel ini juga tidak mencerminkan sikap dan kebijakan redaksi klikanggaran.com.
Artikel Terkait
Konflik Internal dalam novel 'Sang Penandai' Karya Tere Liye: Telaah Psikoanalisis Sigmund Freud
Technofeudalism: Makhluk Seperti Apa Itu?
Contoh Resensi Novel remaja: Soca Sobhita, Sang Penulis Cilik Buku Aku, Meps, dan Beps
Analisis Nilai Antropologi dalam Novel 'Negeri 5 Menara' karya Ahmad Fuadi: Aspek Kehidupan Sosial, Budaya, dan Agama di Pesantren
Memahami Kekuatan Ekspresif dalam Novel 'Sepotong Senja untuk Pacarku' karya Seno Gumira Ajidarma: Melibatkan Emosi Pembaca
Mengungkap Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel 'Ayat-Ayat Cinta' Karya Habiburrahman El-Shirazy dalam Perspektif Psikoanalisis Freud
Membongkar Simbol: Analisis Semiotika dalam Novel ‘Pulang’ karya Leila S. Chudori
Analisis Novel 'Bumi Manusia' Karya Pramoedya Ananta Toer: Perspektif Sosiologis