Lokalitas Bahasa Minangkabau dalam Novel "Ingkar" Karya Boy Candra

photo author
- Jumat, 5 Juli 2024 | 07:59 WIB
Novel Ingkar karya Boy Candra (Dilla Jukhru Pianisa)
Novel Ingkar karya Boy Candra (Dilla Jukhru Pianisa)


KLIKANGGARAN -- Lokalitas adalah warna lokal yang menggambarkan identitas dari daerah tertentu yang fungsinya sebagai penopang eksistensi geografi dan kebudayaannya.

Lokalitas menjadi bagian dari pendekatan Antropolinguistik sebagai upaya pemahaman dan pemertahanan akan bahasa dan budaya. Lokalitas dalam karya sastra bisa dilihat dari penggunaan bahasa dan pemahaman kebudayaan untuk menciptakan makna langsung dan tidak langsung. Hal ini dapat kita lihat pada jurnal Ranah: Jurnal Kajian Bahasa yang membahas mengenai lokalitas bahasa Minangkabau dalam novel .

Novel menjadi salah satu karya sastra dengan intensitas lokalitas yang cukup dominan. Mengingat berbagai penulis berbakat menyinggung warna lokal dalam karyanya. Lokalitas pada novel digunakan sebagai strategi pembentukan nasionalisme lewat imajinasi kebangsaan dengan keberagaman budaya bangsa, seperti karyanya Niduparlas Erlang tentang Mentawai pada novel Burung Kayu . Lokalitas digunakan pada beberapa novel populer, salah satunya adalah novel Ingkar karya Boy Candra yang mengangkat warna dari bahasa Minangkabau.

Novel ini menceritakan kisah perjalanan cinta antara Livka dan Agung dengan lika-likunya yang berawal di bangku sekolah. Restu orang tua dan konflik batin antar keduanya menjadi problematika mendalam pada novel ini. Seperti judulnya “Ingkar” novel ini mengangkat pengingkaran dan kebimbangan. Novel ini berjumlah 350 halaman telah dicetak dengan dua cover yang berbeda pada Januari 2020 oleh Kata Depan dan tanggal 5 Desember 2023 oleh Gagas Media.

Boy Candra merupakan seorang penulis populer dari Sumatera Barat. Beliau mengangkat lokalitas Minangkabau dalam novel Ingkar sesuai dengan latar belakang dan latar tempat ceritanya. Kota Solok dan Padang menjadi sorotan dalam novel ini. Penggunaan bahasa dan pencantuman budaya Minangkabau menjadi fokus utama lokalitas pada novel Ingkar.

Lokalitas bahasa Minangkabau dalam novel Ingkar karya Boy Candra dengan uraian sebagai berikut.

1. Baralek

Baralek merupakan salah satu tradisi di Minangkabau sebagai pesta adat pernikahan bagi mempelai. Seperti yang dimuat dalam Minangsatu.com , baralek terdiri atas rangkaian acara: Maminang; Masak Etongan; Malam Bainai; Manjapuik Marapulai; Akad nikah; Batagak Gala; dan Basandiang di Pelaminan. Baralek diangkat dalam isi dari novel Ingkar karya Boy Candra dengan kutipan sebagai berikut:

"Sudah, Bu. Aku mau minta izin, pergi baralek ke tempat saudara Airin. Di desa sebelah.” (Ingkar:79)

Pada kutipan di atas acara pesta pernikahan (baralek) sebagai tradisi Minangkabau diadakan oleh sepupu Airin. Baralek menjadi pesta pernikahan yang kental akan budaya Minangkabau. Baralek sebagai kearifan lokal masyarakat Minangkabau yang penting untuk dilestarikan.

2. Rendang

Rendang dalam bahasa Minangkabau dengan “randang”. Rendang sebagai salah satu warisan budaya kuliner khas Minangkabau yang disebut dalam novel Ingkar seperti pada kutipan berikut:

"Dari jauh, terdengar riuh suara ibu-ibu mengusik telinga Airin. Aroma rendang juga merambat bersama angin” (Ingkar:82)

Pada kutipan di atas mengindikasikan bahwa lokalitas Minangkabau berupa rendang dicantumkan dalam ceritanya. Rendang dimasak dan disajikan sebagai makanan utama pada acara pernikahan (baralek).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Sumber: Resensi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X