KLIKANGGARAN -- Lokalitas adalah warna lokal yang menggambarkan identitas dari daerah tertentu yang fungsinya sebagai penopang eksistensi geografi dan kebudayaannya.
Lokalitas menjadi bagian dari pendekatan Antropolinguistik sebagai upaya pemahaman dan pemertahanan akan bahasa dan budaya. Lokalitas dalam karya sastra bisa dilihat dari penggunaan bahasa dan pemahaman kebudayaan untuk menciptakan makna langsung dan tidak langsung. Hal ini dapat kita lihat pada jurnal Ranah: Jurnal Kajian Bahasa yang membahas mengenai lokalitas bahasa Minangkabau dalam novel .
Novel menjadi salah satu karya sastra dengan intensitas lokalitas yang cukup dominan. Mengingat berbagai penulis berbakat menyinggung warna lokal dalam karyanya. Lokalitas pada novel digunakan sebagai strategi pembentukan nasionalisme lewat imajinasi kebangsaan dengan keberagaman budaya bangsa, seperti karyanya Niduparlas Erlang tentang Mentawai pada novel Burung Kayu . Lokalitas digunakan pada beberapa novel populer, salah satunya adalah novel Ingkar karya Boy Candra yang mengangkat warna dari bahasa Minangkabau.
Novel ini menceritakan kisah perjalanan cinta antara Livka dan Agung dengan lika-likunya yang berawal di bangku sekolah. Restu orang tua dan konflik batin antar keduanya menjadi problematika mendalam pada novel ini. Seperti judulnya “Ingkar” novel ini mengangkat pengingkaran dan kebimbangan. Novel ini berjumlah 350 halaman telah dicetak dengan dua cover yang berbeda pada Januari 2020 oleh Kata Depan dan tanggal 5 Desember 2023 oleh Gagas Media.
Boy Candra merupakan seorang penulis populer dari Sumatera Barat. Beliau mengangkat lokalitas Minangkabau dalam novel Ingkar sesuai dengan latar belakang dan latar tempat ceritanya. Kota Solok dan Padang menjadi sorotan dalam novel ini. Penggunaan bahasa dan pencantuman budaya Minangkabau menjadi fokus utama lokalitas pada novel Ingkar.
Lokalitas bahasa Minangkabau dalam novel Ingkar karya Boy Candra dengan uraian sebagai berikut.
1. Baralek
Baralek merupakan salah satu tradisi di Minangkabau sebagai pesta adat pernikahan bagi mempelai. Seperti yang dimuat dalam Minangsatu.com , baralek terdiri atas rangkaian acara: Maminang; Masak Etongan; Malam Bainai; Manjapuik Marapulai; Akad nikah; Batagak Gala; dan Basandiang di Pelaminan. Baralek diangkat dalam isi dari novel Ingkar karya Boy Candra dengan kutipan sebagai berikut:
"Sudah, Bu. Aku mau minta izin, pergi baralek ke tempat saudara Airin. Di desa sebelah.” (Ingkar:79)
Pada kutipan di atas acara pesta pernikahan (baralek) sebagai tradisi Minangkabau diadakan oleh sepupu Airin. Baralek menjadi pesta pernikahan yang kental akan budaya Minangkabau. Baralek sebagai kearifan lokal masyarakat Minangkabau yang penting untuk dilestarikan.
2. Rendang
Rendang dalam bahasa Minangkabau dengan “randang”. Rendang sebagai salah satu warisan budaya kuliner khas Minangkabau yang disebut dalam novel Ingkar seperti pada kutipan berikut:
"Dari jauh, terdengar riuh suara ibu-ibu mengusik telinga Airin. Aroma rendang juga merambat bersama angin” (Ingkar:82)
Pada kutipan di atas mengindikasikan bahwa lokalitas Minangkabau berupa rendang dicantumkan dalam ceritanya. Rendang dimasak dan disajikan sebagai makanan utama pada acara pernikahan (baralek).
Artikel Terkait
Konflik Internal dalam novel 'Sang Penandai' Karya Tere Liye: Telaah Psikoanalisis Sigmund Freud
Technofeudalism: Makhluk Seperti Apa Itu?
Contoh Resensi Novel remaja: Soca Sobhita, Sang Penulis Cilik Buku Aku, Meps, dan Beps
Analisis Nilai Antropologi dalam Novel 'Negeri 5 Menara' karya Ahmad Fuadi: Aspek Kehidupan Sosial, Budaya, dan Agama di Pesantren
Memahami Kekuatan Ekspresif dalam Novel 'Sepotong Senja untuk Pacarku' karya Seno Gumira Ajidarma: Melibatkan Emosi Pembaca
Mengungkap Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel 'Ayat-Ayat Cinta' Karya Habiburrahman El-Shirazy dalam Perspektif Psikoanalisis Freud
Membongkar Simbol: Analisis Semiotika dalam Novel ‘Pulang’ karya Leila S. Chudori
Analisis Novel 'Bumi Manusia' Karya Pramoedya Ananta Toer: Perspektif Sosiologis