Mengenal Budaya Lama dalam "Novel Ronggeng Dukuh Paruk'' Karya Ahmad Tohari

photo author
- Kamis, 4 Juli 2024 | 08:34 WIB
Sampul novel "Ronggeng Dukuh Paruk". (dok.)
Sampul novel "Ronggeng Dukuh Paruk". (dok.)

KLIKANGGARAN -- Ronggeng merupakan kesenian tradisional khas masyarakat Jawa yang penari utamanya adalah wanita yang mengenakan selendang di leher. Pada awalnya, ronggeng dianggap kontroversial karena gerakan tarian ronggeng yang intim dan erotis

Kisah ronggeng diangkat ke dalam novel oleh Ahmad Tohari, lewat Ronggeng Dukuh Paruk, dengan berfokus pada tokoh Srintil, sang ronggeng.

Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, ronggeng merupakan semangat Dukuh Paruk pada tahun 1963, sebuh dukuh kembali menggeliat semenjak Srintil dinobatkan sebagai ronggeng baru, sebagai pengganti ronggeng yang telah mati dua belas tahun lalu.

Bagi pedukuhan kecil, ronggeng merupakan perlambangan "kemajuan" sebab saat ada ronggeng desa Dukuh Paruk maju dan terkenal kemana-mana.

Baca Juga: Terbukti Lakukan Asusila di Belanda, Ketua KPU Hasyim Asy'ari Dipecat!

Dalam novel itu diceritakan Srintil, seorang ronggeng cantik yang terkenal dan sangat digandrungi oleh para lelaki-lelaki kaya.

Kehidupan Dukuh Paruk sangat berbeda sekali saat tidak adanya ronggeng yang mereka anggap sebagai berkah.

Dari novel Ronggeng Dukuh Paruk digambarkan budaya lama Indonesia dengan berbahasa Jawa Ngapak dan mereka mengenakan baju tradisional.

Dengan rumah yang terbuat dari bilik bambu dan alat-alat masak yang sederhana tanpa adanya penerangan listrik seperti saat ini.

Makanan tempe bongkrek sangat terkenal di daerah Dukuh Paruk. Pada saat itu masyarakat mempercayai nenek moyang yang dianggap sebagai leluhur dan pelindung di desa.

Kehidupan yang jauh dari hiruk pikuk kota menjadikan Dukuh Paruk desa yang masih menurunkan adat istiadat.

Namun, malapetaka politik pada tahun 1965 membuat Dukuh Paruk hancur, baik secara fisik maupun mental.

Baca Juga: Kepala PLN Sebut Pemasangan Kabel Internet pada Tiang Listrik di Batang Hari Belum Ada Izinnya 

Karena kebodohannya, mereka terbawa arus dan divonis sebagai manusia-manusia yang telah mengguncangkan negara ini.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Sumber: Resensi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X