Meskipun awalnya terdapat perbedaan sikap antara keluarga Rama yang hidup dengan bersosialisasi dengan baik dengan masyarakat sekitar, dan keluarga Pak Joko yang tampak acuh dengan lingkungan sekitarnya, namun saat terjadi bencana banjir, solidaritas dan kerja sama antar warga desa muncul.
Kejadian ini membuat semua warga, termasuk Rama, Ibu Santun, Pak Joko, dan Sinta, sadar bahwa kebersamaan adalah kunci dari semuanya.
Tali silaturahmi yang erat membuat mereka bisa mengatasi bersama-sama masalah yang ada. Dengan demikian, cerpen "Tawa di Balik Duka" dapat dijadikan sebagai contoh bagaimana karya sastra dapat menggambarkan solidaritas dan kebersamaan dalam kehidupan sosial masyarakat.
[Penulis: Desi Wulandari, Mahasiswa Universitas Pamulang]
Artikel Terkait
Novel Bedebah di Ujung Tanduk Karya Tere Liye Mengajak Kita Untuk Mengenali 3 Warisan Budaya Butan
Mengenal Salah Satu Tradisi Asal Banjar : Mandi Bungas dari Kalimantan Selatan dalam Cerpen karya Rahmiyati
Terungkap Penyebab Tradisi Londo Iha (Kawin Lari) di Bima yang Tergambar Dalam Tokoh Utama Cerpen Hilang Menjelang Fajar Karya A. D. Donggo
Jejak Teknologi dalam Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori, Ada Wartel Loh!
Ada Cinta dan Perjodohan dalam Novel Santri Pilihan Bunda
Ada Apa di Film 172 Days : Aku Ikhlas, tapi Aku Rindu
Larung Sesaji: Upacara Keagamaan Yang Memperkaya Budaya Indonesia Dalam Cerpen Budaya Di Ujung Laut Selatan Karya Zia
Konsumsi Apel Merah Dapat Mengobati Anoreksia? Baca Cerpen 'Gadis Apel Merah' dan Temukan Jawabannya