KLIKANGGARAN -- Cerpen sebagai salah satu bentuk karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat pembacanya. Cerpen lahir sebagai manifestasi pemikiran penulisnya atas kehidupan masyarakat. Itulah yang tergambar pada cerpen "Tawa di Balik Duka"
Cerpen "Tawa di Balik Duka" adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kehidupan di sebuah desa kecil yang dikelilingi perbukitan hijau.
Cerita "Tawa di Balik Duka" menceritakan seorang anak yatim bernama Rama yang hidup bersama neneknya, yaitu Ibu Santun.
Meskipun bukan dari keluarga yang berkecukupan, Rama dan neneknya tetap hidup dengan bersosialisasi dengan baik dengan masyarakat sekitar.
Contohnya pada saat itu terjadi hujan deras yang mengakibatkan desa mereka banjir, Rama dan neneknya ikut membantu warga untuk membangun sebuah tanggul pencegah banjir.
Namun, di desa yang sama, hidup satu keluarga yang sangat bertolak belakang dengan sikap mereka berdua, keluarga tersebut tampak acuh dengan lingkungan sekitarnya.
Keluarga pak Joko dan anaknya yang bernama Sinta itu tidak peduli dengan lingkungan sekitar.
Sinta hidup sangat bertolak belakang dengan Rama. Meskipun mereka seumuran, tetapi Shinta tidak tertarik sedikitpun untuk bersosialisasi dengan warga, ia lebih memilih untuk menyendiri.
Namun, sikap pak Joko yang acuh tersebut tidak berangsur lama, sejak kejadian tanggul retak besar muncul di tanggul yang hampir selesai. Air mulai merembes masuk ke desa.
Warga panik mencoba memperbaikinya, tapi usaha mereka sia-sia. Rama yang lihai merangkak memperbaiki retakan tersebut, diikuti oleh beberapa warga lainnya.
Karena kejadian tersebutlah pak Joko dan keluarga mulai bersosialisasi oleh warga sekitar. Dan Sinta yang mulai akrab dan berteman baik dengan Rama.
Kejadian tersebut membuat semua warga termasuk Rama, ibu Santun, pak Joko, dan Sinta sadar bahwa kebersamaan adalah kunci dari semuanya.
Tali silaturahmi yang erat membuat mereka bisa mengatasi bersama-sama masalah yang ada.
Dari cerpen "Tawa di Balik Duka" dapat diambil kesimpulan bahwa solidaritas dalam kehidupan sosial masyarakat.
Cerita ini menunjukkan bagaimana perbedaan sikap dan status sosial dapat diatasi dengan kerja sama dan solidaritas dalam situasi darurat.
Artikel Terkait
Novel Bedebah di Ujung Tanduk Karya Tere Liye Mengajak Kita Untuk Mengenali 3 Warisan Budaya Butan
Mengenal Salah Satu Tradisi Asal Banjar : Mandi Bungas dari Kalimantan Selatan dalam Cerpen karya Rahmiyati
Terungkap Penyebab Tradisi Londo Iha (Kawin Lari) di Bima yang Tergambar Dalam Tokoh Utama Cerpen Hilang Menjelang Fajar Karya A. D. Donggo
Jejak Teknologi dalam Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori, Ada Wartel Loh!
Ada Cinta dan Perjodohan dalam Novel Santri Pilihan Bunda
Ada Apa di Film 172 Days : Aku Ikhlas, tapi Aku Rindu
Larung Sesaji: Upacara Keagamaan Yang Memperkaya Budaya Indonesia Dalam Cerpen Budaya Di Ujung Laut Selatan Karya Zia
Konsumsi Apel Merah Dapat Mengobati Anoreksia? Baca Cerpen 'Gadis Apel Merah' dan Temukan Jawabannya