KLIKANGGARAN -- Hallo klikers. Apakah kalian pernah membaca cerpen yang berjudul Budaya di Ujung Laut?
Cerpen karangan Zia ini mengisahkan tentang pengalaman seorang tokoh bernama Wikan yang diajak oleh Pakdenya untuk mengikuti upacara Larung Sesaji.
Upacara Larung Sesaji tidak hanya memiliki makna keagamaan, tetapi juga memperkaya budaya Indonesia secara keseluruhan.
Baca Juga: Representasi Pewayangan Modern dalam Novel Rahvayana Aku Lala Padamu
Larung Sesaji biasanya dilakukan di desa-desa Jawa saat perayaan hari raya keagamaan seperti Nyepi, Hari Raya Galungan, atau Hari Raya Kuningan.
Upacara ini melibatkan pemberian sesaji berupa makanan, bunga, dupa, dan berbagai macam barang lainnya kepada roh nenek moyang. Sesaji ini dipercaya sebagai bentuk penghormatan dan doa agar roh nenek moyang senantiasa melindungi dan memberkati masyarakat.
Selama upacara Larung Sesaji, masyarakat berkumpul di tempat suci seperti pura atau tempat peribadatan lainnya. Mereka membawa sesaji yang telah dipersiapkan dengan penuh kecermatan dan keikhlasan.
Sesaji tersebut kemudian diarak melalui prosesi yang dipimpin oleh seorang pemimpin upacara atau tokoh agama.
Prosesi Larung Sesaji dihiasi dengan tarian dan musik tradisional Jawa yang khas. Masyarakat berpakaian adat dan melantunkan doa-doa serta mantra khusus yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Suasana upacara ini penuh dengan kekhidmatan dan kebersamaan, di mana masyarakat saling berbagi dan bersatu dalam penghormatan kepada nenek moyang.
Larung Sesaji juga menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan antarwarga desa. Selama upacara, masyarakat saling berinteraksi, berdiskusi, dan mempererat ikatan sosial. Hal ini mencerminkan nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan yang kuat dalam budaya Jawa.
Tradisi ini menjadi salah satu warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Melalui Larung Sesaji, generasi muda dapat belajar dan menghargai kearifan lokal serta memperkuat identitas budaya mereka.
Dengan memahami dan mengapresiasi keberagaman budaya Indonesia, kita dapat membangun masyarakat yang lebih inklusif, harmonis, dan bertoleransi.
Artikel Terkait
Tiko Ulang Tahun, BCL Beri Ucapan Tak Biasa Untuknya, Kena Mental Karena Netizen?
Ada Apa di Film 172 Days : Aku Ikhlas, tapi Aku Rindu
Inilah Sosok Komika Aulia Rakhman, Diduga Lecehkan Nama Muhammad saat Open Mic, Kok Bisa?
Niat Atta Halilintar Pamer Kamar Para Karyawannya Malah Dapat Rujakan Netizen : Kayak di Penjara!
Gus Miftah Cari Komika Aulia Rakhman yang Diduga Hina Nama Nabi Muhammad: Siapa Komika Ini?
Terkait Pengungsi Rohingya ke Indonesia, Presiden Joko Widodo Duga Adanya Tindak Pidana Perdagangan Orang
DPW SAHI Prov Bali Gelar Pelatihan dan Sertifikasi Pembimbing Haji dan Umroh
Sabrina: Diterror Boneka Menyeramkan, Ada Iblis yang Menetap
Momen Grace Natalie Gunakan Penutup Kepala saat Berkunjung ke Pesantren Tuai Pro dan Kontra di Kalangan Warganet: Politik Identitas?
Representasi Pewayangan Modern dalam Novel Rahvayana Aku Lala Padamu