Jakarta, klikanggaran.com-- “Aku mah lebih ngerti sama guru bimbel daripada guru sekolah!”
Itulah celetukan siswa SMA di salah satu bimbel di Jakarta. Dia menyimpulkan bahwa guru bimbel lebih bisa diterima, lebih gampang dimengerti daripada guru sekolah. Kira-kira apakah ini sebuah pujian untuk bimbel atau justru kritik buat sekolah atau bahkan kritik buat keduanya? Dan apakah apple to apple ketika kita membandingkan guru sekolah dan guru bimbel?
Bimbel dan Sekolah: Apakah Apple to Apple?
Secara umum, keduanya sama-sama lembaga pendidikan. Keduanya pun memiliki tujuan yang sama, yakni mencerdaskan anak bangsa. Namun, hal yang membedakan keduanya adalah formal dan nonformalnya. Sekolah bersifat formal, sedangkan bimbel nonformal. Sekolah wajib, sedangkan bimbel tidak wajib alias pilihan.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Menurun, KA Aglomerasi Kembali Hadir Layani Pelanggan Kereta Mulai 4 Oktober
Dari beberapa aspek tersebut kelihatan bahwa bimbel memiliki persamaan dan perbedaan dengan sekolah. Dari perbedaannya, tampak keduanya berbeda kategori. Karena itu, jika kita membandingkan sekolah A dan B, itu wajar. Namun, ketika kita membandingkan sekolah A dan bimbel B, malah ada ketidakwajaran.
Keduanya tidak apple to apple. Sejatinya, aspek-aspek pendukung keduanya berbeda. Maka dari itu, kurang pas ketika kita membandingkan keduanya. Termasuk gurunya. Sungguh tidak pas, bahkan tidak etis, ketika kita membandingkan guru sekolah dan bimbel. Apalagi menganggap guru bimbel lebih baik daripada guru sekolah.
Lalu, Kok Ada Siswa yang Menganggap Guru Bimbel Lebih Baik?
Ini yang harus diluruskan, baik oleh guru bimbel maupun guru sekolah. Pelurusan tersebut salah satunya saat pembelajaran. Ketika pembelajaran, guru bimbel dan sekolah harus saling mendukung. Jangan sampai ada perbedaan konsep materi yang pada akhirnya menyebabkan kebingungan siswa dan malah cenderung mendukung salah satu pihak.
Baca Juga: Dua Nelayan Penjaring Ikan Hilang Terserat Ombak di Pantai Sumberjati Kebumen, Jawa Tengah
Acuan sekolah adalah pemerintah yang dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Acuan bimbel juga sama. Bahkan, bimbel mengambil praktisnya. Untuk beberapa kebijakan, bimbel mengambil atau menyesuaikan dengan sekolah. Dengan kata lain, kebijakan sekolah bergantung pada pemerintah, sedangkan kebijakan bimbel bergantung pada sekolah.
Perkara siswa nyeletuk bahwa guru bimbel lebih baik bisa jadi disebabkan guru bimbel atau guru sekolah yang kurang saling mendukung. Guru sekolah menerangkan materi A dengan rumus A. Guru bimbel malah menyalahkan. Dianggapnya kurang praktis. Dianggapnya kurang sesuai. Sebaliknya, guru bimbel memberikan tips mengerjakan soal A. Guru sekolah kurang sepakat dengan tips tersebut dan malah seperti menyalahkan guru bimbel.
Dampaknya, karena kekurangkompakan tersebut, siswa yang berposisi sebagai sasaran pembelajaran menjadi kurang percaya diri dengan jawabannya dan pemahamannya. Pada akhirnya mereka terbelah, ada yang memihak ke guru sekolah. Ada juga yang ke guru bimbel.
Baca Juga: Persib Bandung Bertekad Menang, PSM Makassar Termotivasi Kalahkan Pangeran Biru
Guru Bimbel: Lebih Praktis karena Dibatasi Durasi
Artikel Terkait
Bimbel Nurul Fikri Kembangkan LMS Sendiri, Yuk Kita Cek Seperti Apa Itu?
Ada Tidak sih Bimbel di Korea atau Jepang? Atau Hanya Ada di Indonesia? Simak Penjelasan Berikut Yuk
Daftar 10 Bimbel Terbaik di Indonesia, Bimbel Mana Sajakah Itu? Adakah Bimbel Kamu?
Untuk Hindari Loss Learning, Bimbel Nurul Fikri: Perlu Keberagaman Sumber Belajar
Bimbel Nurul Fikri Terapkan Blended Learning, Seperti Apa Sih?
Bimbel sebagai Partner Sekolah, Jangan Dipertentangkan! Bimbel Hanyalah Suplemen, Kok.
NgeBimbel Itu Kereeen, Lho: Ketika Bimbel Menjadi Gaya Hidup
Ragu Mau Nge-Bimbel-in Anak atau Ngak, Baca Ini Dulu, Deh, supaya Makin Mantap