(KLIKANGGARAN) — Di tengah maraknya pembicaraan publik tentang kehidupan Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo di Kediri, Jawa Timur, nama KH. Anwar Manshur kembali mencuat. Sosok ulama sepuh ini dikenal luas sebagai pengasuh dan panutan utama di pesantren legendaris tersebut.
Beberapa waktu terakhir, sebuah tayangan di media sosial menyoroti dinamika kehidupan di Ponpes Lirboyo. Namun di balik isu yang beredar, figur KH. Anwar justru menjadi simbol ketenangan dan keteguhan dalam menjaga tradisi pesantren salaf.
Kiai Anwar, demikian ia biasa disapa, dikenal memiliki kepribadian yang lembut dan penuh kebijaksanaan. Selama lebih dari setengah abad, ia menjadi tempat berguru bagi ribuan santri dari berbagai daerah dan tokoh-tokoh bangsa.
Dengan tutur kata yang meneduhkan dan sikap rendah hati, KH. Anwar menjadi teladan dalam melestarikan nilai-nilai pendidikan Islam klasik. Dari majelis ilmunya di Lirboyo, semangat belajar dan akhlak santri terus diwariskan lintas generasi.
Nama besar Kiai Anwar juga menjadi magnet bagi banyak tokoh nasional. KH. Ma’ruf Amin, KH. Yahya Cholil Staquf, hingga Menko Pemberdayaan Masyarakat Abdul Muhaimin Iskandar tercatat beberapa kali sowan ke kediamannya untuk bersilaturahmi dan memohon doa.
Pewaris Langsung Pendiri Lirboyo
KH. Anwar Manshur lahir pada 1 Maret 1938 di lingkungan pesantren Lirboyo. Ia merupakan cucu pendiri pesantren, KH. Abdul Karim. Sejak muda, ia menimba ilmu di berbagai pesantren besar seperti Pacul Gowang dan Tebuireng Jombang sebelum akhirnya kembali ke Lirboyo sebagai pengajar tetap.
Berdasarkan biografi LP2M UIT Lirboyo, Kiai Anwar dikenal disiplin dan tekun sejak muda. Hingga kini, ia masih rutin mengajar kitab Dalailul Khairat setiap pagi di pesantren.
"Lahir pada 1 Maret 1938 di lingkungan Pondok Pesantren Lirboyo, KH. Anwar Manshur merupakan cucu pendiri pesantren, KH. Abdul Karim," demikian penuturan biografi Kiai Anwar.
Penjaga Keaslian Tradisi Salaf
Berbeda dengan banyak pesantren yang kini menyesuaikan kurikulumnya dengan perkembangan zaman, KH. Anwar tetap mempertahankan sistem pendidikan salaf. Ia menolak memasukkan pelajaran umum demi menjaga kemurnian ajaran para pendahulu.
Artikel Terkait
Muhammadiyah, Peletak Dasar Pendidikan Modern di Indonesia: Pesantren Muhammadiyah Tegalega, Bandung Ikut Berperan
Ambruknya Ponpes Al Khoziny Ungkap Minimnya Izin Bangunan Pesantren, Menag dan Menteri PU Siap Lakukan Pendataan Nasional
Inilah Alasan Menteri PU Soal Renovasi Pesantren Al Khoziny Pakai Dana APBN, Menag Akui Banyak Ponpes Kekurangan Anggaran
Wacana Bangun Ulang Ponpes Al Khoziny Pakai APBN Masih Belum Final, DPR Ingatkan Risiko Kecemburuan antar Pesantren
IKA PMII UI Kecam Keras Trans7: Tayangan yang Menghina Pesantren Harus Diproses Hukum