L'etat C'est Moi, Negara adalah Aku. Begitulah Raja Perancis, Louis XIV (14 Mei 1643 – 1 September 1715) disematkan dunia, yang sukses menaklukkan Belanda, Inggris, dan Spanyol, kemudian menerapkan absolutisme dan negara terpusat.
Namun raja yang digelari Louis le Grand menyesalinya menjelang 72 tahun akhir kepemimpinan terlama monarki di Perancis dan Eropa.
Sebelum ajal, seperti didengar penulis Louis de Rouvroy, sang Raja Agung mendesahkan, "Je m'en vais, mais l'État demeurera toujours" atau "aku akan pergi, tetapi negara akan tetap ada".
Tersirat, Louis XIV yang dijuluki juga Le Roi Soleil alias Raja Matahari menegaskan kematiannya (dalam pemerintahan) tetapi riskan membubarkan negara.
Penggantinya, atau pendahulunya, pun bukanlah negara melainkan sebatas menjalani Roda Pemerintahan, selaku amanah negara.
Apa beda? Negara dipastikan berarti pemerintah, tetapi pemerintah bukan berarti negara.
Yaps, literatur bebas menyebut syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki pemerintahan yang berdaulat.
Tetiba, Penulis terpana melihat sebuah truk bak terbuka melintas.
Di belakang truk ada poster kain bertuliskan: "Negara Peduli Kita Tidak Boleh Mati Karena Virus Covid19, tapi Negara Lupa Kita Bisa Mati karena Kelaparan".
Entah mengerti atau tidak si-sopir memaknai tulisan itu.
Yang pasti, kalimatnya seperti memberi isyarat bahwa kesenjangan di antara rakyat sebagai disfungsi negara.
Padahal, yang mungkin dimaksud Disfungsi Pemerintah.
Karena Negara sebatas simbol, yang menjamin kesejahteraan rakyat melalui roda pemerintahan.
Artinya, negara sebagai simbol mustahil mengkhianati rakyat.