Dilihat dari rekam jejaknya, aktivitas keagamaan yang dilakukan politisi yang humoris ini tidak jauh dari amaliah warga nahdliyin, seperti Maulid Nabi, silaturahim dengan para Ulama dan Habaib, banyak berkonsultasi dengan para Kyai dan Pesantren di Jakarta tentang persoalan yang dihadapi umat. Bahkan, di tahun 2018 Haji Lulung mengintruksikan kepada suporter The Jak Mania untuk Tahlilan dan doa bersama di kediaman salah satu suporter yang meninggal karena aksi pengeroyokan oleh sejumlah oknum sekawanan Bobotoh. Ajakan ini menandakan bahwa Haji Lulung adalah nahdliyin tulen yang bergerak di kalangan kultural.
Selanjutnya, tokoh nahdliyin Betawi yang memiliki visi keislaman yang kuat ini akan terus mengabdikan dirinya untuk Islam, dan membangun generasi muda sebagai pewaris masa depan yang ditanamkan sejak dini dengan nilai-nilai pendidikan keagamaan yang kuat, dengan cara mendirikan Taman Pendidikan Agama (TPA) di setiap Rukun Warga (RW) di seluruh DKI Jakarta. Sebab menurutnya, bangsa Indonesia tengah dilanda krisis moral, keimanan, dan kerakusan yang berpihak pada materialisme dan hedonisme sebagaimana dilansir merdeka.com. Gagasan untuk pendirian TPA di setiap RW tersebut adalah cita-cita mulia dan bentuk kepeduliannya terhadap ilmu agama, yang bertujuan untuk mengubah kondisi sosial yang buruk ke arah sosial-religius di kalangan grassroot masyarakat Jakarta.
Pengabdiannya sudah banyak untuk umat di Jakarta. Dari sisi strategi kultural dan amaliah yang dilakukan oleh Haji Lulung sudah senada dengan karakter aswaja an-nahdliyah, sebagaimana warga nahdliyin, dan cita-cita pendiri NU. Maka sudah seharusnya kita yang kenal dengan tokoh yang satu ini, menghadirkan kembali Haji Lulung dengan menyebutnya sebagai tokoh Nahdlatul Ulama Betawi.
Jika Anda pikir bahwa teman Anda akan tertarik dengan artikel ini, mohon men-share kepadanya, terima kasih.