Kisah Bill Clinton dan Bergesernya Marketing Politik dari Ideologi Partai ke Persepsi Pemilih

photo author
- Kamis, 16 Juli 2020 | 10:27 WIB
bill clinton
bill clinton

Telah datang era profesionalisasi politik.


-000-


Kita bisa melihat pengalaman Amerika Serikat. Marketing politik pun berevolusi. Menurut Newman (1994), terdapat 4 fase perubahan politik di Amerika.


Fase pertama disebut konsep partai. Periode ini ditandai oleh masih tingginya pemilih yang mempunyai kesetiaan (partisanship) kepada partai. Partai lebih fokus pada internal dengan membuat program dan platform untuk pemilih.


Pada fase ini, partai dikendalikan oleh elit partai. Karena kesetiaan pemilih yang tinggi, partai tidak berupaya untuk mengetahui kebutuhan pemilih. Apapun yang diberikan oleh partai (misalnya kandidat atau program) akan tetap dipilih oleh pemilih. Tidak mengherankan jikalau pada era ini, kandidat dikuasai oleh elit partai.


Fase pertama ini mengalami perubahan ketika partai berusaha untuk meningkatkan kualitas produk. Perubahan ini mirip yang terjadi pada produk komersial. Saat itu perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk yang sama dengan kompetitor, berusaha menghasilkan produk yang paling baik agar diterima oleh pasar.


Upaya menghadirkan produk yang berkualitas ini memerlukan strategi baru. Dalam politik di Amerika dilakukan, itu dilakukan lewat rekruitmen dan kampanye politik dengan tujuan menemukan kandidat terbaik.


Partai percaya agar memenangkan pemilihan, Ia harus menghadirkan kandidat yang berkualitas sebagai representasi dari partai. Ini terjadi mulai dari kandidat presiden gubernur, hingga senat.


Perubahan ini, oleh Newman (1994), disebiut dengan fase konsep produk. Pada era ini, partai berupaya menghasilkan produk yang lebih baik dbandingkan kompetitor.


Berbeda dengan era pertama di mana kandidat dikuasai oleh elit partai. Pada fase kedua ini partai membuat mekanisme seleksi dan kampanye yang terbuka pada semua anggota partai. Ini agar ditemukan calon terbaik untuk bertarung dalam Pemilu.
 
Fase ketiga politik di Amerika didorong oleh faktor eksternal. Yakni makin berperannya media (terutama televisi) dalam politik. Fase ini oleh Newman (1994) disebut dengan fase penjualan.


Fokus tetap pada kandidat, hanya saja masalahnya bukan pada bagaimana memilih kandidat yang berkualitas (fase kedua), tetapi bagaimana menjual kandidat ini agar disukai oleh pemilih.


Makin berperannya media, membuat kampanye bergeser dengan menemukan strategi penggunaan media untuk memoles kandidat. Misalnya lewat iklan, debat politik, pemberitaan media dan sebagainya.


Pada fase ini, partai kemudian mulai terbuka dengan professonal dari luar. Pembentukan citra, pengemasan kandidat, produksi iklan, Public Relation, dan sebagainya adalah keahlian yang tidak dimiliki oleh partai.


Partai kemudian mulai bekerjasama dengan profesional (konsultan) dari luar partai untuk membantu “menjual” kandidat agar kandidat disukai oleh pemilih.  


Era ketiga ini juga ditandai oleh profesionalisasi politik. Realitas politik dan persaingannya didekati melalui bantuan para professional.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X