Ketahuilah pula bahwa musuh bersama kita adalah Covid-19. Tidak seperti halnya singa yang sudah tidak lagi menjadi ancaman bagi kelompok kijang saat sudah mendapat mangsa, Covid-19 tidak akan berhenti meskipun korbannya sudah sangat banyak. Sudahilah berbagi informasi yang tidak membangun kebersamaan kita. Tingkatkan saling kewaspadaan di tengah kita. Perbanyak doa kepada Allah Swt. Suburkan kerja sama dengan sesama. Saya sangat yakin bahwa kita bukan sekadar herd yang akan mengorbankan siapa saja asal kita aman; yang akan menyalahkan siapa saja asal kita benar. Bersatu padulah dalam memberantas Covid-19 ini dengan sesama kita yang masih sehat dalam lingkungan terkecil kita (RT atau RW), tetapi dengan prosedur yang sangat ketat dalam berinteraksi.
Kita tidak bisa sendiri dalam melawan Covid-19. Social distance memang penting, tetapi jangan sampai hal itu menjadikan kita abai dengan social responsibility kita. Kita adalah sekelompok manusia beriman yang lebih cerdas daripada sekelompok kijang dalam menghadapi bahaya. Sekarang ini kita tidak sekadar membangun herd immunity, tetapi sedang membangun believers immunity. Semua alasan yang selama ini membatasi kita untuk saling peduli sudah Allah Swt angkat dengan tersebarnya Covid-19. Mau tunggu sampai kapan untuk beraksi? Sampai semuanya kolaps?
Saya berharap kita dapat segera menyelesaikan tantangan ini bersama tanpa harus terjadi gelombang siklus Covid-19 berikutnya. Cukuplah periode social distance ini menjadi peringatan bagi kita. Untuk mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengutip potongan pidato PM Belanda setelah mendapat masukan dari ahli virus tentang penanganan Covid-19, “Tetaplah SALING MEMBANTU jika mungkin. Ini adalah saatnya bagi kita untuk mencari sebanyak mungkin kesamaan dengan siapa pun daripada memperuncing perbedaan. Ini adalah saatnya bagi kita untuk menempatkan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi. Kita hanya bisa melakukan ini bersama-sama. Saya mengandalkan ANDA semua.”
Saya JUGA mengandalkan ANDA semua.
NB:
Pesan tersiratnya, “JANGAN terlalu berharap banyak pada pihak yang berwenang.”
Belanda, negara kecil dengan sistem kesehatan yang tertata baik saja, sudah tidak sanggup.
Sebuah artikel yang ditulis oleh Tri Joko Setiadi