Tak terbayangkan berapa besar peningkatan ekspor yang harus digenjot dan penghematan impor untuk mengimbanginya. Apa ada negara yang rela menjalin hubungan dagang dengan Indonesia jika mereka diminta membuka pasar buat produk-produk ekspor kita seraya kita sendiri semakin menutup diri terhadap barang-barang impor dari mereka?
Apa program B-30 bakal “nendang”? Ya, tentu saja tidak. B-30 hanya untuk solar. Campunan utamanya minyak mentah (70 persen), dan kita lebih banyak mengimpor ketimbang mengekspor minyak mentah.
Untuk menggenjot produksi minyak mentah butuh waktu. Agar defisit minyak (minyak mentah dan BBM) tidak melonjak, harus ada temuan beberapa sumur raksasa baru yang sampai sekarang belum ada tanda-tandanya.
Jangan lupa pula, gara-gara minyak sawit lebih banyak dialokasikan untuk program B-30, potensi ekspor sawit kita otomatis turun.
Yang aneh lagi, hasil minyak kita dipaksa untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jadi ekspor minyak otomatis berkurang. Sehingga, efek nettonya tidak signifikan.
Mengelola ekonomi memang tidak bisa dengan berfantasi.
-------------
Sebuah artikel opini oleh Faisal Basri, Ekonom dari Universitas Indonesia