Jakarta, Klikanggaran.com - Sejak Kamis lalu (27-2) nilai tukar rupiah kembali menembus Rp14.000 per dollar AS dan kemarin bertengger di aras Rp14.234 per dollar AS. Sudah delapan hari berturut-turut rupiah melemah.
Buat apa risau? Ketika rupiah menembus Rp15.000 pada Oktober 2018 sekalipun, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman santai-santai saja. Ia mengatakan itu batas psikologis baru.
Lantas, tiba-tiba akhir tahun lalu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sesumbar rupiah bakal menguat sampai Rp10.000 per dollar AS dalam dua tahun ke depan.
Diperiksa KPK, Dirut Jakpro No Comment
Tahun 2019 memang rupiah menguat tipis menjadi Rp14.136 per dollar AS dari Rp14.237 per dollar AS tahun sebelumnya. Sekalipun tahun itu pengeluaran devisa lebih banyak ketimbang penerimaan devisa dari perdagangan barang dan jasa sehingga tekor US$30,4 miliar, penambalnya lebih banyak (US$36,4 miliar). Dikurangi dengan selisih perhitungan bersih (transaksi-transaksi yang tidak jelas mau dimasukkan di pos mana), maka cadangan devisa bertambah sebanyak US$4,7 miliar. Hal serupa terjadi tahun 2017.
Kondisi kebalikannya terjadi tahun 2018. Tekor transaksi barang dan jasa meningkat hampir dua kali lipat menjadi US$30,6 miliar. Sedangkan penambalnya hanya US$25,2 miliar, sehingga masih ada yang “bolong” sebesar US$5,4 miliar. Bolong semakin lebar karena ada selesih terhitungan bersih sebesar US$1,7 miliar. Akibatnya terpaksa ditutupi dari tabungan (cadangan devisa) senilai US$7,1 miliar.
BACA JUGA: Presiden Tak Butuh Pesawat Kepresidenan, Lho. Eh, Presiden Meksiko Ding!
Jadi, penguatan rupiah tahun 2019 bukan ditopang oleh keringat kita sendiri, karena kita terus saja membeli dari luar negeri lebih banyak daripada menjual ke luar negeri, melainkan karena “doping” dalam bentuk arus modal asing, kebanyakan berupa utang dan uang yang masuk ke pasar saham. Tahun lalu, dana asing netto yang masuk ke pasar saham meroket sebesar Rp49,2 triliun. Arus uang masuk dalam bentuk itu disebut juga hot money karena gampang masuk dan mudah juga keluar.
Nah, giliran investor asing kabur dari pasar saham sebagaimana terjadi dalam seminggu terakhir, rupiah langsung lunglai. Begitulah kalau rupiah tidak ditopang oleh darah dan keringat sendiri.
Sederhananya, rupiah cenderung melemah sepanjang akun lancar tekor atau defisit. Boleh jadi rupiah menguat sementara jika penambal ketekoran lebih besar dari defisit akun lancar.
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi mengatakan bahwa rupiah bisa menguat ke Rp10.000 per dollar karena akun lancar bisa ditekan dari US$30 miliar menjadi hanya US$1 miliar.
Rp664 Juta Pajak PSM Makasar Tidak Disetor ke Kas Daerah, Kok Bisa?
Untuk menilai seberapa besar kemungkinan rupiah menembus Rp10.000 dua tahun ke depan, mari kita lihat anatomi ekspor dan impor barang dan jasa atau akun lancar atau current account.
Penyebab utama defisit akun lancar bukan ekspor dan impor barang, melainkan pendapatan primer (primary income), berupa keuntungan perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia yang mereka bawa pulang, pembayaran bunga utang, dan pendapatan investasi asing di pasar saham.