“Warna dalam gugusan alis mata, sering terbaca menyesatkan. Sementara di dalam bergejolak, di luarnya justru seperti bisu,” sandung Ebiet G Ade sambil memetik gitarnya.
Bias warna, masih menurut Ebiet, suka ditafsirkan keliru lantaran terlalu banyak warna, tidak bisa melihat mana yang mencolok. Ini yang dikhawatirkan oleh mereka yang merasa telah menjadi Avengers yang berjuang mati-matian melawan Thanos.
Perkara Thanos yang sudah takluk dikeroyok, ternyata belum berakhir perjuangan para Avengers itu. Kekuatan perekat yang dimiliki oleh manusia laba-laba, masih harus payah menghadapi orang yang dipercaya menjaga dunia. Mysterio yang tiba-tiba hadir sebagai pahlawan super, rupanya punya visi menghancurkan Avangers dengan memanipulasi kepercayaan Sang Spiderman. Di sini jelas sekali pesannya bahwa “tidak boleh begitu saja percaya orang yang baru muncul walau seolah-olah punya niat tulus.” Baru sebentar mendapat kekuasaan, Mysterio sudah membuat kerusakan di mana-mana. Namun, Tuhan punya cara untuk menghentikannya, sekaligus sebagai bukti bahwa orang yang tidak merasa atau tidak dianggap pantas memiliki kekuasaan ternyata dialah yang akan membawa kedamaian.
5 tahun Jokowi memimpin negeri, sudah banyak memberi arti; 5 menit Mysterio berkuasa, dunia sudah hampir binasa. Siapa sangka, anak polos dan lugu itu yang dipilih untuk menjadi pemimpin para Avangers sebagaimana anak cacat, Bran the Broken, dipilih menjadi raja Westeros. Ternyata, Jokowi yang dianggap masih ingusan itu yang dipilih oleh Tuhan sebagai pemimpin negara keempat terbesar di dunia setelah Amerika.
Mulyadin Permana
*Penulis adalah Mahasiswa Program Doktor Antropologi FISIP Universitas Indonesia & Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) DKI Jakarta 2014-2016