Dalam teori rekayasa sosial Jalaluddin Rakhmat tentang kesalahan dan kerancuan berpikir, ada banyak macam-macam kesalahan-kesalahan berpikir. Satu di antaranya adalah disebutkan _Fallacy of Dramatic Instance_ tentang kecenderungan melakukan _over generalization_. Sukmawati bisa kita asumsikan gagal dalam memahami perbedaan antara budaya asli Arab dan ajaran Islam yang memang pada dasarnya (hampir seluruh) menggunakan bahasa Arab. Kecenderungan ini oleh Jalaluddin Rakhmat disebut sebuah kesalahan berpikir.
Di lain sisi, kita tidak bisa juga sepenuhnya menyalahkan Sukmawati, karena kemungkinan alasan lain bisa jadi diterima dalam nalar berpikir kita. Penulis meyakini betul, bahwa Sukmawati sebenarnya tidak bermaksud melecehkan ataupun menistakan agama. Karena menarik ulur lagi keseluruhan isi dari puisi tersebut, Sukmawati ibarat sosok yang sedang merintih akan kekhawatirannya tentang jiwa nasionalisme cinta tanah yang sudah mulai hilang seiring berkembang pesatnya ajaran-ajaran Islam konservatif di Indonesia.
Terakhir, penulis ingin menyampaikan konteks puisi yang dibacakan oleh putri Soekarno tersebut tidak sepenuhnya bisa kita salahkan. Akan tetapi, dari segi tekstual, cara berpikir, dan pemahaman tentang Islam, saya pikir memang jelas ada kesalahan. Nah, kewajiban kita sebagai warga negara yang menghargai pendapat orang lain serta senantiasa menanamkan nilai toleransi, hendaknya dijadikan sebagai senjata kita dalam menghadapi segala macam bentuk kesalahan-kesalahan dalam berpikir.
Penulis : Dwi Putri, Mahasiswa Psikologi UNU Indonesia, Equality Institute, PMII UNUSIA Jakarta
Opini kolumnis ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi.