Kurikulum pendidikan perlu direvisi untuk mengintegrasikan digital literacy dengan traditional literacy. Anak muda harus dilatih menganalisis konten media sosial secara kritis, memahami manipulasi bahasa dalam era post-truth, dan mengembangkan kemampuan komunikasi yang etis.
Media sosial bukanlah musuh kemampuan berbahasa, melainkan alat yang perlu digunakan secara strategis. Generasi yang mampu menguasai kedua domain komunikasi—digital dan konvensional—akan memiliki keunggugan kompetitif luar biasa. Mereka dapat berkomunikasi efektif dengan audiens yang beragam, beradaptasi dengan berbagai konteks, dan memanfaatkan teknologi untuk memperkaya kemampuan berbahasa.
Tantangan sebenarnya bukan pada teknologi, melainkan pada wisdom dalam menggunakannya. Anak muda yang cerdas akan memanfaatkan media sosial sebagai laboratoriun bahasa untuk bereksperimen, belajar, dan berkembang, sambil tetap mempertahankan kemampuan komunikasi formal yang akan menentukan kesuksesan mereka di masa depan.
Era digital menuntut kemampuan berbahasa yang lebih kompleks dan adaptif. Mereka yang berhasil menguasai spektrum komunikasi lengkap—dari meme hingga academic paper, dari chat informal hingga presentasi profesional—akan menjadi komunikator unggul di abad ke-21.
Penulis: Ilman (Mahasiswa Teknik Elektro UNPAM)