KLIKANGGARAN -- Bahasa gaul telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan anak muda. Istilah seperti "gaskeun," "santuy," dan "bestie" biasa muncul dalam percakapan, baik secara langsung juga di media sosial.
Bahasa ini memberikan warna tersendiri dalam berkomunikasi, mencerminkan kreativitas, dan menciptakan identitas kelompok. Namun, di balik popularitasnya, bahasa gaul juga membawa sejumlah problematika yang perlu diperhatikan.
Penggunaan bahasa gaul yang meluas dapat menyebabkan kesalahpahaman dalam komunikasi antar generasi dan budaya. Generasi yang lebih tua sering kali tidak memahami makna istilah baru, sehingga terciptanya kesenjangan komunikasi.
Misalnya, seperti kata "ngab," yang merupakan kebalikan dari "bang," sedikit membingungkan bagi mereka yang tidak terbiasa dengan pola pembalikan kata ini.
Selain itu, bahasa gaul juga cenderung bersifat eksklusif, hanya dipahami oleh kelompok tertentu, sehingga orang luar kelompok tersebut merasa tidak relevan.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa gaul bisa mengurangi penguasaan bahasa formal. Anak-anak dan remaja yang terlalu sering menggunakan bahasa gaul ini berpotensi mengalami kesulitan dalam berkomunikasi secara resmi.
Hal ini terutama terlihat dalam konteks akademis, di mana penggunaan bahasa formal sangat penting.
Pelajar yang terbiasa menggunakan istilah gaul atau bahasa gaul mungkin kesulitan menulis esai yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Di dunia kerja, penggunaan bahasa gaul yang tidak tepat dapat menciptakan kesan tidak profesional dan menurunkan citra diri.
Selain itu, bahasa gaul memiliki sifat yang sangat dinamis dan cepat berubah seiring mengikuti tren yang populer. Seperti kata “Relate bet anjir” “Relate" berarti "berhubungan", "bet" singkatan dari "banget", dan "anjir" dipakai dalam artian mengungkapkan berbagai rasa, seperti kaget atau kagum.
Istilah yang populer hari ini bisa dengan mudah dilupakan dalam hitungan bulan saja. Hal ini menyulitkan dokumentasi atau kajian linguistik untuk memahami perkembangan bahasa secara keseluruhan.
Akibatnya, terjadi tantangan dalam melestarikan aspek budaya yang terkandung dalam bahasa gaul untuk generasi mendatang.
Akan tetapi, bukan berarti bahasa gaul harus dihapuskan. Penggunaannya dapat tetap dilestarikan, harus dilakukan dengan bijak dan disesuaikan dengan konteksnya.
Sebagai generasi muda, kita hidup di era di mana bahasa gaul menjadi bagian dari budaya sehari-hari. Bahasa ini mencerminkan kreativitas, kebebasan berekspresi, dan keterhubungan dengan komunitas sebaya.
Bahasa gaul sangat cocok digunakan dalam situasi informal, seperti berbicara dengan teman sebaya, membuat konten media sosial, atau menciptakan suasana santai.