Final Liga Champions Inter Milan vs PSG: Pertarungan Sengit di Lapangan, Perang Para Kapitalis di Balik Layar

photo author
- Sabtu, 31 Mei 2025 | 18:51 WIB
Final Liga Champions Inter Milan vs PSG (IG/championsleague)
Final Liga Champions Inter Milan vs PSG (IG/championsleague)

KLIKANGGARAN--Final Liga Champions musim ini antara Inter Milan dan Paris Saint-Germain (PSG) tak hanya menjadi panggung megah bagi adu taktik pelatih dan adu bintang lapangan hijau. Lebih dari itu, laga puncak ini memperlihatkan wajah sepak bola modern yang kian hari kian dikuasai oleh kepentingan kapital global. Inter dan PSG, dua klub besar Eropa yang kini dikendalikan oleh kekuatan finansial luar biasa, sejatinya mewakili dua poros besar kapitalisme dalam dunia sepak bola.

Klub Sebagai Korporasi Global

Inter Milan, yang kini dimiliki oleh grup asal Amerika—Oaktree Capital Management—menjadi contoh nyata bagaimana klub sepak bola bertransformasi menjadi aset keuangan. Sementara PSG, yang berada di bawah kendali Qatar Sports Investments, adalah simbol soft power Timur Tengah, menggunakan sepak bola sebagai alat diplomasi internasional.

Di atas kertas, ini adalah final antara raksasa Serie A melawan raja Ligue 1. Namun di balik gemuruh sorak-sorai dan kemilau trofi, terselip pertempuran kepentingan ekonomi dan geopolitik. Sepak bola telah berubah dari sekadar olahraga menjadi alat negosiasi citra, kekuasaan, bahkan pengaruh politik global.

Inter Milan: Tradisi yang Dirombak Kapital

Inter bukan klub sembarangan. Sejarah panjang dan fanatisme tifosi Nerazzurri menjadi pondasi klub yang pernah merajai Eropa. Namun, sejak mengalami krisis finansial pasca kejayaan era Mourinho, klub ini membuka pintu lebar bagi investor asing. Dimulai dari Suning Group asal Tiongkok, hingga akhirnya berpindah ke tangan Oaktree, klub ini menjadi ilustrasi bagaimana identitas lokal terpaksa berkompromi dengan arus modal global.

Kepemilikan asing membawa stabilitas finansial dan kemampuan bersaing di pasar transfer. Tapi di sisi lain, mengikis kontrol lokal dan menjauhkan klub dari akarnya. Kini, Inter bukan hanya klub milik Milan, tapi bagian dari portofolio raksasa investasi multinasional.

PSG: Sepak Bola sebagai Alat Diplomasi

Jika Inter adalah representasi kapitalisme finansial, maka PSG adalah wajah lain dari kapitalisme negara—state capitalism—yang dimainkan Qatar. Lewat PSG, Qatar berhasil menyusup ke dalam jantung budaya populer Eropa, menggabungkan kekuatan ekonomi, olahraga, dan politik luar negeri. Investasi besar dalam pemain bintang bukan hanya soal membangun tim juara, melainkan juga membangun narasi Qatar sebagai kekuatan global yang modern dan inklusif.

Final ini pun menjadi panggung pamungkas misi Qatar, bahwa sepak bola bisa menjadi alat untuk mengubah persepsi dunia—bahwa Qatar bukan hanya negara kecil di Teluk, tapi juga aktor utama di pentas global.

Sepak Bola Modern: Milik Siapa?

Pertarungan Inter vs PSG bukan lagi sekadar siapa yang lebih tajam dalam serangan atau siapa yang lebih kokoh dalam bertahan. Ini adalah benturan antara dua model kapitalisme dalam sepak bola: kapitalisme finansial ala Amerika versus kapitalisme negara ala Timur Tengah.

Pertanyaan mendasarnya adalah: sepak bola ini milik siapa? Apakah milik para suporter yang telah mendukung sejak generasi ke generasi? Atau milik para investor yang melihat klub sebagai instrumen profit dan pengaruh?

Semakin jelas bahwa sepak bola Eropa kini menjadi arena para konglomerat. Trofi bukan lagi simbol supremasi olahraga semata, tetapi juga representasi keberhasilan strategi bisnis dan citra global. Fans menjadi konsumen, klub menjadi brand, dan stadion berubah menjadi arena iklan tak berujung.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Insan Purnama

Sumber: opini

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X