4. Lebih peduli terhadap isu sosial dan politik Menurut penelitian dari Edelman, sekitar 70% dari Generasi Z di seluruh dunia mengatakan mereka terlibat dalam isu sosial atau politik. Akan tetapi, hal ini juga membuat Gen Z terpapar secara intensif pada berbagai isu sensitif.
Contohnya seperti perang, kekerasan, konflik politik, rasisme, dan masalah-masalah sosial lainnya yang sering kali belum terselesaikan oleh 4 pemerintah. Lingkungan politik dan sosial yang tidak stabil dapat memperburuk kecemasan dan juga mendorong pikiran pesimis dari Gen Z.
5. Ketidakpastian masa depan Generasi Z tidak hanya menghadapi tantangan dalam isu-isu sosial dan politik, tetapi juga dari perubahan yang cepat dalam masyarakat dan teknologi. Kemajuan Artificial Intelligence (AI) yang mengancam pekerjaan tradisional dan kesulitan mendapatkan pekerjaan, menambah tekanan psikologis pada mereka yang baru memasuki dunia kerja.
Masa remaja khususnya bagi Generasi Z merupakan periode yang penuh tantangan dalam hal kesehatan mental. Perubahan hormonal, tekanan sosial media, perbandingan diri dengan orang lain, dan masalah dalam hubungan interpersonal dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan mood lainnya.
Menulis puisi dapat menjadi bentuk pelarian yang sehat dari tekanan kehidupan sehari-hari. Dengan fokus pada kata-kata dan irama, pikiran dapat teralihkan dari masalah yang sedang dihadapi. Melalui proses menulis puisi, remaja dapat lebih memahami perasaan dan pikiran mereka sendiri. Ini membantu mereka untuk mengenali pola pikir dan emosi yang sering muncul.
Puisi menjadi wadah bagi Generasi Z untuk mengekspresikan berbagai emosi kompleks yang mungkin sulit diungkapkan dengan kata-kata sehari-hari. Baik itu kesedihan, kebahagiaan, marah, atau kecemasan, semua emosi dapat dituangkan dalam bentuk puisi. Menulis puisi dan membagikannya dengan orang lain dapat meningkatkan kepercayaan diri.
Proses menulis puisi dapat memperkaya kosakata dan meningkatkan kemampuan bahasa, mendorong remaja untuk berpikir kreatif dan mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan ide-ide mereka. Melalui puisi, siswa dapat merasa terhubung dengan orang lain yang memiliki pengalaman serupa, ini dapat mengurangi perasaan kesepian dan terisolasi.
Puisi muncul sebagai salah satu cara yang efektif untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Menulis puisi memberikan ruang bagi remaja untuk mengekspresikan emosi mereka, memahami diri sendiri dengan lebih baik, dan membangun kepercayaan diri. Selain itu, puisi juga dapat menjadi sarana untuk terhubung dengan orang lain dan menciptakan komunitas yang suportif.
Penulis: Sabri Koebanu (Dosen Sastra Indonesia Unpam)
Artikel Terkait
Soliditas Alumni! Fathan Subchi Diusung Jadi Ketua Umum PB IKA PMII 2025-2030
Inilah Sosok Satryo Soemantri Brodjonegoro, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi yang Direshufle Presiden Prabowo Subianto
Presiden Prabowo Subianto melantik Profesor Brian Yuliarto sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Gantikan Satryo Soemantri
MUNAS VII IKA PMII: Sekretaris PW IKA PMII DKI Jakarta, Yayat Hidayat, Tegas Tolak Wacana Presidium
Putranya Dilantik Presiden sebagai Bupati Bantaeng, Ini Pesan Nurdin Abdullah
Dilantik Presiden, Andi Abdullah Rahim dan Jumail Mappile Resmi Nakhodai Bumi La Maranginang
Cahaya Tidak Perlu Bertarung Dengan Kegelapan, Karena Cahaya Adalah Anugerah Untuk Mengusir Kegelapan
RAMPAS SETIA 08 BERDAULAT Ucapkan Selamat Atas Pelantikan Bupati Nagan Raya masa jabatan 2025-2030
Gerak Cepat Bupati Andi Rahim, Sampaikan Persoalan Banjir di Hadapan Presiden Prabowo
Inilah Sosok Ramengvrl, Rapper Perempuan Kolaborasi dengan NOAH pada Single 'Suara dalam Kepala', Siapa Sebenarnya?