KLIKANGGARAN -- Masa remaja adalah periode di mana terjadi perubahan hormonal yang signifikan. Perubahan ini dapat mempengaruhi mood swings, emosi yang tidak stabil, dan bahkan memicu gangguan mood seperti depresi. Generasi Z sedang mencari jati diri dan tempat mereka di dunia.
Proses ini bisa menjadi sangat menantang dan menimbulkan kebingungan serta ketidakpastian. Penggunaan media sosial yang intens dapat memicu perbandingan diri dengan teman sebaya atau influencer, yang dapat menurunkan harga diri dan memicu perasaan tidak cukup baik. Bullying, diskriminasi, atau tekanan dari teman sebaya dapat menciptakan lingkungan yang tidak aman dan memicu masalah kesehatan mental, dikarenakan kurangnya dukungan emosional dari keluarga dan teman dekat dapat memperburuk kondisi kesehatan mental.
Menurut American Psychological Association (APA), stres pada remaja dapat memicu kecemasan, dengan gejala seperti pusing, keringat berlebih, mulut kering, serta perasaan panik dan takut. Hal ini juga dapat mengganggu perhatian dan memori, serta menimbulkan kekhawatiran dan kebingungan.
Dalam konteks ini, perlu di ketahui bahwa literasi masih memegang peran penting dalam perkembangan intelektual, emosional dan sosial generasi muda. Menulis puisi bukan hanya sebagai bentuk hiburan, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun pemahaman mendalam, kreativitas dan empati dalam menghadapi suatu permasalahan.
Berdasarkan analisis situasi mengenai tingkat stres remaja Gen-Z, ditemukan bahwa kurangnya pendekatan pihak ketiga dalam penyuluhan kesehatan yang berfokus pada motivasi anti-stres menjadi masalah utama. Kerja sama antara sekolah dan pihak eksternal dalam program penyuluhan terkait motivasi anti-stres bagi remaja sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung bagi semua siswa.
Kesehatan mental yang sering di alami Generasi Z,dalam upaya ini puisi menjadi salah satu hal yang perlu di tingkatkan keberadaannya untuk merangsang potensi kreatif dan mengolah emosi secara lebih baik. Dengan adanya puisi mereka dapat menuangkan segala bentuk keresahan dan kesulitan yang mereka alami.
Baca Juga: Gerak Cepat Bupati Andi Rahim, Sampaikan Persoalan Banjir di Hadapan Presiden Prabowo
Menulis puisi adalah kegiatan yang sangat bermanfaat, baik untuk kesehatan mental maupun perkembangan intelektual. Manfaat ini bisa dirasakan oleh siapa saja, mulai dari penulis pemula hingga penyair berpengalaman. Menurut Writing Forward, puisi bisa menjadi sarana yang efektif untuk eksplorasi dan refleksi diri. Dengan menulis puisi, seseorang dapat menggali perasaan terdalamnya dan menemukan cara baru untuk mengekspresikan diri.
Alasan Gen Z Lebih Rentan terhadap Gangguan Mental Berikut ini beberapa alasan Gen Z lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental:
1. Paparan media sosial Generasi Z memang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial daripada generasi sebelumnya. Akan tetapi, aktivitas ini juga menjadi faktor yang meningkatkan risiko gangguan mental. Penelitian menunjukkan bahwa, semakin banyak waktu anak muda bermain media sosial, semakin rendah kesehatan mentalnya. Hal ini terjadi karena akses mudah terhadap konten di media sosial, memungkinkan individu terpapar lebih banyak konten negatif.
Selain itu, kehadiran influencer di media sosial sering kali menyebabkan perbandingan fisik dan sosial yang dapat meningkatkan perasaan rendah diri. Dampak negatif lainnya meliputi gangguan tidur, cyberbullying, pelecehan online, permasalahan citra tubuh, perilaku makan tidak sehat, fear of missing out (FOMO), dan gejala depresi.
2. Memiliki pandangan pesimis terhadap dunia Alasan lainnya adalah karena Gen Z memiliki pandangan yang semakin pesimis terhadap dunia. Menurut studi dari Montclair State University, generasi ini cenderung melihat dunia sebagai tempat yang lebih berbahaya, dibandingkan dengan pandangan generasi sebelumnya yang cenderung lebih positif.
3. Terisolasi dari lingkungan Menurut survey, hampir separuh responden Generasi Z menggunakan internet 10 jam atau lebih setiap hari. Hal ini menyebabkan waktu yang lebih sedikit untuk berinteraksi secara langsung atau tatap muka dengan orang lain di sekitarnya. Dampaknya adalah meningkatnya perasaan terisolasi dan kesepian di kalangan Generasi Z. Akibatnya, mereka menjadi lebih rentan terhadap gangguan mental.
Artikel Terkait
Soliditas Alumni! Fathan Subchi Diusung Jadi Ketua Umum PB IKA PMII 2025-2030
Inilah Sosok Satryo Soemantri Brodjonegoro, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi yang Direshufle Presiden Prabowo Subianto
Presiden Prabowo Subianto melantik Profesor Brian Yuliarto sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Gantikan Satryo Soemantri
MUNAS VII IKA PMII: Sekretaris PW IKA PMII DKI Jakarta, Yayat Hidayat, Tegas Tolak Wacana Presidium
Putranya Dilantik Presiden sebagai Bupati Bantaeng, Ini Pesan Nurdin Abdullah
Dilantik Presiden, Andi Abdullah Rahim dan Jumail Mappile Resmi Nakhodai Bumi La Maranginang
Cahaya Tidak Perlu Bertarung Dengan Kegelapan, Karena Cahaya Adalah Anugerah Untuk Mengusir Kegelapan
RAMPAS SETIA 08 BERDAULAT Ucapkan Selamat Atas Pelantikan Bupati Nagan Raya masa jabatan 2025-2030
Gerak Cepat Bupati Andi Rahim, Sampaikan Persoalan Banjir di Hadapan Presiden Prabowo
Inilah Sosok Ramengvrl, Rapper Perempuan Kolaborasi dengan NOAH pada Single 'Suara dalam Kepala', Siapa Sebenarnya?