Sastra Lisan: Menggali Kearifan dan Identitas Budaya Lewat Tutur Kata

photo author
- Senin, 19 Februari 2024 | 14:39 WIB
ROYONG - SASTRA LISAN (Tangkapan Layar Youtube)
ROYONG - SASTRA LISAN (Tangkapan Layar Youtube)


KLIKANGGARAN--Sastra lisan adalah khazanah kekayaan budaya yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi. Dalam ranah ini, kata-kata bukan sekadar simbol, melainkan cerminan nilai-nilai, kepercayaan, dan identitas suatu masyarakat.

Definisi sastra lisan yang diberikan oleh para ahli, seperti Endraswara dan Hutomo, menegaskan bahwa sastra lisan adalah ungkapan budaya yang diwujudkan melalui cerita, syair, dan nyanyian rakyat yang diwariskan secara verbal. Tak hanya itu, sastra lisan juga memainkan peran penting dalam menyampaikan adat istiadat dan norma-norma kehidupan setempat.

Melalui medium cerita rakyat, dongeng, atau lagu tradisional, masyarakat dapat mempertahankan dan meneruskan warisan budaya mereka kepada generasi mendatang. Seperti yang disebutkan oleh Bahardur & Suryono, sastra lisan selalu terkait erat dengan alam sekitar, mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan lingkungannya.

Baca Juga: Kejagung Tahan Dua Tersangka Baru pada Perkara Korupsi PT Timah

Namun, sastra lisan tidak hanya tentang kata-kata. Suara, gerakan, dan tarian turut memperkaya pengalaman pendengar dengan menyajikan elemen visual dan emosional. Seperti yang diungkapkan oleh Emzir dan Rohman, penutur bahasa lisan memiliki kepekaan sensorik yang kompleks dalam menyampaikan cerita dan pesan budaya.

Dalam konteks perkembangan zaman, sastra lisan tetap relevan sebagai penjaga keaslian dan keberlanjutan warisan budaya. Meskipun teknologi telah memungkinkan penyampaian informasi secara tertulis, kehadiran sastra lisan tetap memberikan pengalaman yang tak tertandingi, karena ia menghidupkan cerita-cerita kuno dengan kekuatan kata-kata dan ekspresi yang autentik.

Sastra lisan bukan sekadar bentuk kesusastraan, melainkan cerminan kearifan lokal dan identitas suatu masyarakat. Lewat tutur kata, sastra lisan mengajak kita untuk menghargai dan merayakan keberagaman budaya yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan warisan nenek moyang kita.

Dengan keragaman budaya dan tradisi Indonesia yang kaya, menawarkan cakupan yang luas dalam objek kajian sastra lisan. Sastra lisan merupakan cerminan budaya dan identitas masyarakatnya, yang diwariskan secara lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Baca Juga: Inilah Profil Gus Ipul, Namanya Viral usal Cak Imin Sebut Nama 'Saipul' di Twitternya

Cerita rakyat menjadi salah satu objek utama kajian sastra lisan di Indonesia. Terbagi menjadi mitos, legenda, dan dongeng, cerita rakyat menjangkau beragam aspek budaya dan nilai sosial masyarakat.

Melalui cerita ini, masyarakat menggambarkan kepercayaan pada dewa, pahlawan, makhluk mistis, serta nilai-nilai moral yang dipegang teguh dalam kehidupan sehari-hari. Mitos memusatkan cerita-ceritanya pada asal-usul benda atau makna benda, seringkali berlangsung dalam dunia metafisika yang kontras dengan dunia nyata.

Sebagai contoh, film "Pamali" yang dirilis pada tahun 2022 mengangkat isu-isu mitos dan kepercayaan tradisional masyarakat Jawa, memperkaya tontonan dengan nilai-nilai budaya yang kental.

Legenda memperkaya khazanah sastra lisan dengan kisah-kisah keagamaan, alam gaib, kisah perorangan, dan asal-usul nama tempat. Melalui legenda, masyarakat menyampaikan sejarah dan asal-usul suatu tempat, serta mengekspresikan kisah-kisah yang menjadi bagian dari identitas lokal mereka.

Baca Juga: Sinopsis Flex X Cop Episode 1: Kisah I-Soo, Si Sultan Menjadi Seorang Polisi

Dongeng menawarkan kisah-kisah yang menarik dengan berbagai tokoh utama, seperti binatang atau manusia, yang mengajarkan pelajaran moral kepada pembacanya. Film seperti "Maleficent" memperkaya dongeng dengan penafsiran modern, tetapi masih mempertahankan esensi cerita rakyat yang klasik.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ratih Sugianti

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X