Maka muncullah kini fenomena politik sukarela (voluntary politics) dimana mereka seperti para generasi pendahulu era ideologi mengongkosi dirinya sendiri dan tidak berharap kepada siapapun.
Mereka ingin mengembalikan kehormatan diri sebagai warga negara yang akan menyerahkan mandat politik mereka kepada figur yang mereka yakini bisa memperjuangkan hak dan kebutuhan mereka, dan mereka percaya figur-figur tersebut karena mereka tidak menerima lembaran rupiah dan sembako untuk dukungan itu.
Mereka ingin "membeli" kembali kehormatan dan harga diri yang selama diremehkan oleh elit yang memandang mereka hanya sekumpulan orang yang berharap rupiah dan sembako. Kini mereka melawan, mereka bergerak, dan mereka menjemput perubahan. #JFH
Artikel ini merupakan opini yang ditulis oleh Jamal F. Hasyim, Ketua KODI Jakarta.
Artikel Terkait
Kepercayaan Reinkarnasi, Surga dan Neraka dalam Drama Korea My Demon
Film Puspa Indah Taman Hati Mengingatkan Generasi Z untuk Berbahasa Indonesia yang Benar
Pemilu 2024: Mencegah Polarisasi dan Mewujudkan Pemimpin yang Bersatu
Menginspirasi Keindahan Melalui Mata Hati: Petualangan Tak Terlupakan di Museum Gereja Katedral
Koalisi Penyandang Disabilitas Mendorong Terbentuknya Pp Konsesi Dan Insentif Bagi Penyandang Disabilitas
Menata Keuangan Bagi Gen Z: Pentingnya Pemahaman Akuntansi di Era Digital
Menyiapkan Santri Menyongsong Era Bonus Demografi
Keputusan MK, Pemilu, dan Dinamika Politik Indonesia
Menjaga Kualitas Jurnalisme, Demi Muruah Demokrasi