KLIKANGGARAN -- PT Bima Sepaja Abadi (PT BSA) adalah anak perusahaan PT Semen Padang (PT SP) yang memiliki kegiatan usaha utama yaitu pengantongan semen, distribusi, dan jasa transportasi. Komposisi kepemilikan saham PT BSA yaitu terdiri dari: 1) PT Semen Padang sebesar 80,00% saham atau sebanyak 1.600 lembar saham; 2) Saudara HM sebesar 10,00% saham atau sebanyak 200 lembar saham; dan 3) Saudara KB sebesar 10,00% saham atau sebanyak 200 lembar saham.
Berdasarkan laporan keuangan PT BSA per 30 Juni 2022 diketahui saldo Piutang Usaha sebesar Rp91.891.024.028,00 dan Aset Dalam Penyelesaian berupa Proyek Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Setu - Bekasi sebesar Rp5.991.101.395,00. Maka dari itu, diketahui juga terdapat kerja sama bisnis fiktif dengan PT ATL dan CV AL yang terindikasi merugikan perusahaan sebesar Rp42.574.742.500,00.
Berdasarkan data yang dihimpun Klikanggaran.com, diketahui bahwasannya Pada tahun 2019, PT BSA bekerja sama dengan PT ATL untuk melaksanakan kegiatan pengiriman barang dari Gresik ke Proyek Sungaidano, Kalimantan Selatan yang dimuat dalam perjanjian kerja sama Nomor 020/SP-ATL/V/2019 tanggal 2 Mei 2019. Perjanjian tersebut dimulai sejak tanggal 2 Mei 2019 sampai dengan 31 Mei 2020.
Kerja sama bisnis tersebut didasari adanya pekerjaan yang dilaksanakan oleh PT ATL untuk mengirimkan barang milik PT Varia Usaha Beton (PT VUB) dimana PT VUB tidak pernah bekerja sama dengan PT ATL. PT BSA tidak memiliki fasilitas kendaraan untuk melaksanakan pekerjaan dari PT ATL sehingga menunjuk CV AL sebagai vendor sesuai rekomendasi dari PT ATL.
PT BSA telah membayar kepada CV AL sebesar Rp101.266.030.000,00 sejak tanggal 6 September 2018 sampai dengan tanggal 6 Mei 2019. Namun PT BSA baru menerima pembayaran dari PT ATL sebesar Rp73.644.166.000,00 sehingga masih terdapat kekurangan penerimaan sebesar Rp27.621.864.000,00. Nilai kekurangan penerimaan tersebut belum termasuk keuntungan yang seharusnya diterima sebesar Rp14.952.878.500,00. Dengan demikiran, kekurangan dana yang belum diterima seluruhnya sebesar Rp42.574.742.500,00 (Rp27.621.864.000,00 + Rp14.952.878.500,00).
Lebih lanjut diketahui, pelaksanaan kerja sama pengiriman barang antara PT BSA dengan PT ATL dan CV AL terindikasi merugikan perusahaan sebesar Rp42.574.742.500,00 . Berdasarkan klausul perjanjian kerja sama antara PT BSA dan PT ATL antara lain diketahui bahwa terkait dengan penagihan, PT ATL mensyaratkan kepada PT BSA untuk menyampaikan dokumen pengangkutan barang berupa surat muat. Begitu pula dengan klausul perjanjian kerja sama antara PT BSA dengan CV AL yang mensyaratkan CV AL untuk membuktikan prestasi pekerjaan pemuatan dengan mengirimkan surat muat kepada PT BSA.
Berdasarkan bukti pengiriman barang yang dijadikan sebagai dasar pembayaran menunjukkan bahwa tidak terdapat pengesahan dari pihak penerima barang yang dituju sebagaimana ditentukan dalam dokumen perjanjian kerja sama pengiriman barang, dan dokumen surat jalan/pengantar tidak menyebutkan nama dan stempel PT BSA dan CV AL melainkan hanya PT ATL. Atas data kendaraan yang tercantum di dalam dokumen surat jalan menunjukkan spesifikasi kendaraan yang digunakan tidak memiliki kapasitas angkut yang memadai untuk dapat mengangkut muatan seperti yang tercantum di dalam surat jalan.
Berdasarkan laporan keuangan PT BSA per 30 Juni 2022 diketahui bahwa Piutang pada PT ATL senilai Rp42.574.742.500,00. Jumlah tersebut merupakan nilai penagihan PT BSA kepada PT ATL atas kerja sama pengiriman barang. Namun, berdasarkan data penerimaan dan pembayaran melalui rekening PT BSA yang diperoleh dari Divisi Keuangan PT BSA terkait kerja sama pengiriman barang antara PT BSA, PT ATL dan CV AL per 30 Juni 2022 diketahui bahwa realisasi pembayaran atau pengeluaran dana dari PT BSA ke CV AL sebesar Rp101.266.030.000,00 dan dana yang telah diterima oleh PT BSA dari PT ATL sebesar Rp73.644.166.000,00 sehingga kekurangan penerimaan PT BSA sebesar Rp27.621.864.000,00 (Rp101.266.030.000,00 - Rp73.644.166.000,00).
Adapun perbedaan nilai antara piutang PT ATL tercatat dengan nilai kekurangan penerimaan PT BSA dari PT ATL untuk menutup pengeluaran dana kepada CV AL yaitu sebesar Rp14.952.878.500,00 (Rp42.574.742.500,00 - Rp27.621.864.000,00) yang merupakan keuntungan belum diterima oleh PT BSA. Sehingga piutang PT ATL tercatat sebesar Rp42.574.742.500,00 berasal dari kekurangan penerimaan untuk menutup pengeluaran ke CV AL dan keuntungan yang belum diterima oleh PT BSA.
Namun piutang tersebut berasal dari transaksi kerja sama dengan kondisi tidak dapat diyakini kebenaran adanya kegiatan pengiriman barang. Terkait Piutang Usaha kepada PT ATL dan adanya permasalahan kerja sama bisnis PT BSA dengan PT ATL, Direksi PT BSA telah melaporkan PT ATL kepada Polda Jawa Timur pada tanggal 11 Desember 2019 dikarenakan cek-cek yang diberikan oleh PT ATL sebagai pembayaran tidak dapat dicairkan.
Selanjutnya, berdasarkan dokumen berita acara wawancara penyelidik Polda Jawa Timur kepada Kepala Bagian Forwarding PT BSA tanggal 5 Maret 2020 terkait permasalahan antara PT BSA dan PT ATL diketahui antara lain PT BSA telah ditipu oleh PT ATL dengan keadaan palsu, surat palsu, dan atau keterangan keadaan bohong bahwa PT ATL memiliki kontrak kerja atau proyek pengangkutan dengan PT VUB. Atas pelaporan PT BSA tersebut, sampai dengan 31 Mei 2023 belum terdapat kejelasan atas penyelesaian kasus tersebut.
Berdasarkan dokumen dari pihak kepolisian yang diperoleh PT BSA diketahui bahwa telah terdapat tujuh Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) dari pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Jawa Timur. Berdasarkan SP2HP ke tujuh yaitu pada tanggal 31 Mei 2022, antara lain diketahui bahwa pihak kepolisian telah memeriksa 12 orang saksi, telah menerima hasil audit dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dan merencanakan akan melakukan pemeriksaan kepada pihak KAP terkait hasil audit, serta melakukan pemeriksaan kepada saksi-saksi lainnya juga pemeriksaan kepada pihak terlapor. Selain itu, pihak kepolisian menyampaikan bahwa penanganan kasus terhambat dikarenakan masa pandemi Covid 19.
Sebagaimana dijelaskan hal-hal di atas yaitu pemilihan mitra kerja sama tidak melalui proses studi kelayakan atau due dilligence, tidak adanya pengawasan pekerjaan oleh PT BSA, surat jalan dibuat dan disahkan sendiri oleh PT ATL, tidak ada bukti bahwa telah terlaksananya pengangkutan barang dari lokasi angkut sampai ke tujuan sesuai rute yang dicantumkan dalam perjanjian maupun SPK/PO, dan pernyataan dari PT VUB bahwa tidak pernah ada bekerja sama dengan PT ATL terkait kegiatan pengangkutan atau pengiriman barang menunjukkan bahwa pelaksanaan proyek kerja sama antara PT BSA dengan PT ATL dan CV AL terindikasi fiktif sebesar Rp42.574.742.500,00.