Tapi dalam novel ini, Laksmi menghadirkan banyak versi pindang ikan khas Nusantara seperti pangeh masi khas Minangkabau, pindang serani khas Jawa, dan gangan atau lempah khas Bangka Belitung.
Laksmi menyajikan semua pengetahuan tentang gastronomi Nusantara itu dengan sangat apik sekali. Ia menjadikan makanan sebagai poin penting dari cerita.
Tetapi di lain sisi, ia bisa mengelaborasikan ceritanya dengan dinamika sosial dan politik yang ada di Indonesia. Maka dari itu, novel Aruna & Lidahnya tidak hanya menyoal kuliner, tetapi juga mengupas hubungan sosial, politik, dan budaya yang rumit di tanah air.
Saya rasa, novel ini harus menjadi bacaan wajib bagi pecinta sastra dan gastronomi.
Dengan bahasa yang renyah untuk dicerna dan deskripsi kuliner yang memikat, Laksmi Pamuntjak menghadirkan sebuah karya sastra yang tidak hanya menggugah selera, tetapi juga pikiran pembacanya.
Paling tidak, novel ini bisa mengajak kita untuk menjelajahi jutaan kuliner Indonesia hanya dengan membaca.
Artikel ini ditulis oleh Nurlina Wati, Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang
DISCLAIMER: Isi artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis; isi artikel ini juga tidak mencerminkan sikap dan kebijakan redaksi klikanggaran.com.
Artikel Terkait
Makna Lirik Lagu "Wirang" dari Denny Caknan: Melow, tapi Nekad
Pencintraan dan Penggunaan Majas dalam Cerpen "Hutan Merah" Karya Fauzia A
Representasi Simbol-Simbol Budaya Islam dalam Film "Merindu Cahaya de Amstel" (Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce)
Menyoroti Nilai Kesenjangan Sosial di dalam Cerpen "Pendidikan yang Ku tunggu" Karya Nisa Hayyu Rahmia
Majas yang terdapat pada lirik lagu "Tenang" Yura Yunita