"Bang Rizki mau ke mana?" la mengucek-ngucek mata.
"Jangan tinggalin Khanza lagi. Khanza takut." Aku merunduk, duduk di sebelahnya, lalu mengecup kening Khanza.
"Bang Rizki mau pergi sahur. Khanza tunggu di sini ya." (Khairen, 2022: hal 78).
Berdasarkan kutipan di atas, kalimat tersebut menggambarkan tokoh Rizki membeli makanan untuk sahur karena ingin berpuasa. Namun, sang adik tidak mau berpisah untuk kedua kali dengan kakaknya. Ia sangat takut ditinggal pergi sang kakak walau hanya sebentar untuk membeli makan sahur.
Nilai religius sendiri juga menjadi tolak ukur manusia dalam bertingkah laku. Nilai religius yang diberikan oleh pengarang melalui cerita merupakan petunjuk bagi pembaca tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan. Karya sastra khususnya novel banyak mengandung nilai-nilai religius yang disampaikan oleh pengarang. Penyampaian moral dalam karya sastra tersebut dapat kita temukan dalam isi cerita.
Artikel ini ditulis oleh Anisya Febriyanti, Sastra Indonesia, Universitas Pamulang
DISCLAIMER: Isi artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis; isi artikel ini juga tidak mencerminkan sikap dan kebijakan redaksi klikanggaran.com.
Artikel Terkait
Nilai Moral Dalam Novel "Yang Fana Adalah Waktu" Karya Sapardi Djoko Darmono
Inferioritas Perempuan dan Cara Pandang Masyarakat dalam Novel "Karsa"
Menyelami Jiwa dan Perjuangan dalam "7 Prajurit Bapak" Karya Wulan Nur Amalia
Robohnya Surau Kami: Krisis Moral dan Keagamaan dalam Perspektif Antropologi Sastra
Mengungkap Suara Hati dalam Novel “Ruang Kecil, Hati Besar” Karya Puthut EA melalul Teori Ekspresif Sastra