KLIKANGGARAN -- Dalam budaya Jawa Barat, Tari Topeng adalah tarian yang penuh warna dan cerita.
Najla ZR, melalui cerpennya “Sepotong Tari dalam Garis Waktu”, mengajak kita untuk mengathui makna tersembunyi yang terkandung dalam tarian tradisional Jawa Barat ini.
Melalui Barthes, dengan analisis gnomiknya yang mendalam terhadap teks-teks budaya.
Pendekatannya memberikan pemahaman mengenai simbolisme kekuatan, perlindungan, identitas dan peran sosial dalam Tari Topeng.
Dalam cerpen ini, tokoh Ibu menggunakan Tari Topeng sebagai simbol kekuatan dan perlindungan, mirip dengan tujuan asli tarian tersebut dalam mengatasi gangguan dan membawa kesuburan.
Baca Juga: Sinopsis My Sweet Mobster Episode 8: Seo Ji Hwan Menjauhi Eun Ha, Kenapa ya?
Penggunaan topeng dalam tarian menciptakan identitas visual bagi penari dan mengacu pada peran sosial yang lebih luas.
Ini berkorelasi dengan alur cerita di mana Ibu ingin memberikan cinta dan kebaikan melalui tarian, menunjukkan perannya sebagai pemberi dan pelindung dalam masyarakat.
Tari Topeng sebagai warisan budaya Indonesia menekankan pentingnya melestarikan tradisi dan seni lokal, yang tercermin dalam keinginan Ibu untuk mewariskan pelajaran tarinya kepada anaknya.
Warna topeng yang melambangkan kekuatan alam dapat diinterpretasikan sebagai simbol harapan dan kekuatan hidup yang Ibu ingin sampaikan kepada anaknya, bahkan saat menghadapi penyakit.
Warna topeng—hijau untuk alam, kuning untuk kebijaksanaan, merah untuk keberanian—menjadi simbol harapan dan kekuatan hidup.
Ini adalah pesan yang Ibu ingin sampaikan kepada anaknya, bahkan saat menghadapi penyakit skleroderma yang membatasi ekspresi wajahnya.
Melalui Cerpen “Sepotong Tari dalam Garis Waktu” karya Najla ZR, kita tidak hanya menghidupkan kembali tradisi tapi juga mengajarkan kita tentang pentingnya seni dalam mempertahankan identitas budaya.
Artikel ini ditulis oleh Muhamad Septianto, mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
Artikel Terkait
Akulturasi Budaya Betawi dengan Cina Benteng dalam Cerpen "Rumah Kawin" Karya Zen Hae (Pendekatan Antropologi Sastra)
Menyelami Kehidupan Melalui Buih Sabun: Analisis Budaya Novel "Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring " Karya Andreas Kurniawan
Menelusuri Jejak Budaya Batak dalam Novel "Laskar Pelangi": Sebuah Kajian Antropologi Sastra
Ornamen dan Unsur Budaya Jawa yang Dikunjungi oleh Alina Suhita dalam Film “Hati Suhita”
Melacak Kearifan Budaya Jawa Modern: Analisis Antropologi Sastra dalam Novel "Gadis Kretek" karya Ratih Kumala