7. Sistem Kesenian
-Ekspresi Emosional: Mencuci piring diangkat sebagai bentuk seni tersendiri dalam novel ini, di mana setiap gerakan dan proses menjadi simbol dari ekspresi emosional Dr. Andreas. Ini menunjukkan bagaimana aktivitas sehari-hari dapat memiliki nilai estetika dan emosional.
-Naratif Visual: Dr. Andreas menggunakan naratif visual yang kuat untuk menggambarkan adegan-adegan mencuci piring, membuat pembaca dapat membayangkan dan merasakan proses tersebut dengan jelas.
Kesimpulan
Novel Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring karya Dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ, berhasil menggambarkan berbagai unsur budaya melalui kisah yang sederhana namun mendalam.
Dari sistem religi hingga kesenian, setiap elemen dalam cerita ini menyampaikan pesan tentang penerimaan, kesederhanaan, dan kekuatan dalam menjalani hidup sehari-hari.
Melalui perspektif antropologi sastra, kita dapat melihat bagaimana novel ini tidak hanya menjadi sebuah narasi tentang duka, tetapi juga sebuah refleksi budaya yang kaya dan bermakna.
Artikel ini ditulis oleh Amoury Juline Wardoyo, Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Pamulang
DISCLAIMER: Isi artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis; isi artikel ini juga tidak mencerminkan sikap dan kebijakan redaksi klikanggaran.com.
Artikel Terkait
Membongkar Simbol: Analisis Semiotika dalam Novel ‘Pulang’ karya Leila S. Chudori
Analisis Novel 'Bumi Manusia' Karya Pramoedya Ananta Toer: Perspektif Sosiologis
Analisis Tokoh Utama Alif dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye: Tuturan Lewat Surat
Menulis Ulang Kesempurnaan: Analisis Feminis terhadap Novel Kamu Tidak Harus Sempurna karya Anastasia Satriyo.
Perlawanan Tokoh Dewi Ayu dalam Novel Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan
Eksplorasi Antropologi dalam "Hafalan Shalat Delisa" Karya Tere Liye: Potret Kehidupan dan Kebudayaan Aceh