Dibalik sisi keindahan musik Gambang Kromong, ada pula sisi buruk yang digambarkan oleh Zen Hae, ketika ansambel Gambang Kromong berlangsung di Rumah Kawin, yaitu adanya kegiatan sawer-menyawer yang berlebihan, bahkan sampai menjurus ke perbuatan asusila.
Sisi buruk tersebut tak perlu kita ambil, tetapi hendaknya kita jadikan pelajaran agar kesenian tradisional tradisional Indonesia tidak dipandang sebelah mata.
Pelajaran yang terpenting adalah bagaimana kita bersatu padu sebagai sebuah bangsa dengan latar berlakang budaya berbeda-beda.
Seperti halnya ansambel Musik Gambang Kromong, walaupun alat musik dan pemainnya berbeda asal-muasalnya, tetapi mampu melahirkan komposisi musik yang harmonis.
Artikel ini ditulis oleh Abu Bakar, Mahasiswa Sastra Indonesia-Universitas Pamulang
DISCLAIMER: Isi artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis; isi artikel ini juga tidak mencerminkan sikap dan kebijakan redaksi klikanggaran.com.
Artikel Terkait
Memahami Kehilangan dalam Cerpen ‘Karya PFid_ Esrt’ dengan Pendekatan Sosiologi Pengarang
Analisis Sosiologi Sastra dari Novel ‘Si Jamin dan Si Johan’: Nilai-Nilai Karakter dalam Masyarakat
Tidak Bisa Mengingat Nama Orang Menjadi Konflik Tokoh Serafin di Novel Unforgettable Memories Karya Queen Nakey
Isu Sosial dalam Cerpen Inem Karya Pramoedya Ananta Toer
Kemiskinan pada Novel Rudinmeter Karya Judjing The Norm
Konstruksi Gender dalam Novel 'Wanita Berkarir Surga' karya Felix Y. Siauw
Mengungkap Kekuatan Perempuan dalam novel Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi karya Eka Kurniawan