Tinjauan Antropologi Sastra pada Film Agak Laen: Film Bukan Sekadar Tontonan

photo author
- Rabu, 3 Juli 2024 | 13:36 WIB
Poster film Agak Laen
Poster film Agak Laen

KLIKANGGARAN -- Film Agak Laen adalah film komedi horor Indonesia yang disutradarai oleh Muhadkly Acho dan dirilis pada tahun 2024.

Film Agak Laen ini mengisahkan empat teman yang bekerja di sebuah rumah hantu di pasar malam yang tanpa sengaja, mereka menyebabkan kematian seorang pria tua yang memiliki penyakit jantung karena ketakutan.

Keempat teman dalam film Agak Laen tersebut memutuskan untuk mengubur mayatnya di dalam rumah hantu tersebut, yang ternyata menguntungkan atraksi tersebut, setidaknya untuk sementara Waktu.

Simpelnya, sebagai sebuah tontonan dan hiburan, film Agak Laen ini menawarkan campuran komedi dan elemen horor, serta menggali tema keberuntungan dan nasib.

Namun, film bukan hanya tontonan dan hiburan, tetapi juga menghadirkan dimensi lain, misalnya kebudayaan. Cerita yang diangkat dalam sebuah film dapat mencerminkan aspek-aspek budaya sebuah masyarakat.

Baca Juga: Masamba Run Kembali Digelar Tahun Ini, Ditarget 2.000 Peserta

Film Agak Laen memiliki unsur-unsur budaya di dalamnya yang dapat dikaji dengan pendekatan antropologi sastra yang didasarkan pada pendapat Agnes Widyaningrum dan Yovita Mumpuni Hartarini dalam buku Pengantar Ilmu Sastra (2023).

Widyaningrum dan Hartarini mengatakan bahwa identifikasi antropologi sastra dapat didasarkan pada tujuh ciri kebudayaan, yaitu: Peralatan dan perlengkapan kehidupan manusia, Mata pencarian dan sistem ekonomi, Sistem kemasyarakatan, Bahasa lisan maupun tulisan, Kesenian atau karya sastra dengan berbagai mediumnya, Sistem pengetahuan, dan Sistem religi atau keagamaan.

Perspektif tersebut diterapkan pada film Agak Laen, sebagai berikut:

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam film ini, antara lain make up, mobil, motor, handphone, cangkul, wig, kostum hantu, batu nisan, seragam tentara, rumah, dan wahana permainan.

Mata pencarian di film ini adalah bekerja di tempat Pasar Malam Rawa Senggol, lebih tepatnya di Rumah Hantu (Bores, Jegel, Bene, dan Oki) dan bekerja menjadi polisi (Tohar). Lalu, sistem ekonominya adalah meng-upload video ke media sosial.

Dalam film Agak Laen, lapak Pasar Malam Rawa Senggol memiliki pemilik (Jongki) sebagai yang mengatur Pasar Malam tersebut.

Baca Juga: Ini Harapan Keturunan Raja Seuneuam dan Masyarakat di Lokasi Tanah Sengketa di Depan Teuku Raja Keumangan, Yuk Simak!

Bahasa yang digunakan ada bahasa Indonesia dan logat Batak dan tulisannya bahasa Indonesia. Riasan dan kostum menjadi hantu menjadi kesenian di film Agak Laen, serta tata hias di dalam Rumah Hantu tersebut.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Sumber: Resensi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X