KLIKANGGARAN -- Film Agak Laen adalah film komedi horor Indonesia yang disutradarai oleh Muhadkly Acho dan dirilis pada tahun 2024.
Film Agak Laen ini mengisahkan empat teman yang bekerja di sebuah rumah hantu di pasar malam yang tanpa sengaja, mereka menyebabkan kematian seorang pria tua yang memiliki penyakit jantung karena ketakutan.
Keempat teman dalam film Agak Laen tersebut memutuskan untuk mengubur mayatnya di dalam rumah hantu tersebut, yang ternyata menguntungkan atraksi tersebut, setidaknya untuk sementara Waktu.
Simpelnya, sebagai sebuah tontonan dan hiburan, film Agak Laen ini menawarkan campuran komedi dan elemen horor, serta menggali tema keberuntungan dan nasib.
Namun, film bukan hanya tontonan dan hiburan, tetapi juga menghadirkan dimensi lain, misalnya kebudayaan. Cerita yang diangkat dalam sebuah film dapat mencerminkan aspek-aspek budaya sebuah masyarakat.
Baca Juga: Masamba Run Kembali Digelar Tahun Ini, Ditarget 2.000 Peserta
Film Agak Laen memiliki unsur-unsur budaya di dalamnya yang dapat dikaji dengan pendekatan antropologi sastra yang didasarkan pada pendapat Agnes Widyaningrum dan Yovita Mumpuni Hartarini dalam buku Pengantar Ilmu Sastra (2023).
Widyaningrum dan Hartarini mengatakan bahwa identifikasi antropologi sastra dapat didasarkan pada tujuh ciri kebudayaan, yaitu: Peralatan dan perlengkapan kehidupan manusia, Mata pencarian dan sistem ekonomi, Sistem kemasyarakatan, Bahasa lisan maupun tulisan, Kesenian atau karya sastra dengan berbagai mediumnya, Sistem pengetahuan, dan Sistem religi atau keagamaan.
Perspektif tersebut diterapkan pada film Agak Laen, sebagai berikut:
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam film ini, antara lain make up, mobil, motor, handphone, cangkul, wig, kostum hantu, batu nisan, seragam tentara, rumah, dan wahana permainan.
Mata pencarian di film ini adalah bekerja di tempat Pasar Malam Rawa Senggol, lebih tepatnya di Rumah Hantu (Bores, Jegel, Bene, dan Oki) dan bekerja menjadi polisi (Tohar). Lalu, sistem ekonominya adalah meng-upload video ke media sosial.
Dalam film Agak Laen, lapak Pasar Malam Rawa Senggol memiliki pemilik (Jongki) sebagai yang mengatur Pasar Malam tersebut.
Bahasa yang digunakan ada bahasa Indonesia dan logat Batak dan tulisannya bahasa Indonesia. Riasan dan kostum menjadi hantu menjadi kesenian di film Agak Laen, serta tata hias di dalam Rumah Hantu tersebut.
Artikel Terkait
Technofeudalism: Makhluk Seperti Apa Itu?
Melampaui Realita: Kritik Terhadap Kearifan dalam "Cerpen Interaksi Manusia dengan Alam"
Contoh Resensi Novel remaja: Soca Sobhita, Sang Penulis Cilik Buku Aku, Meps, dan Beps
Analisis Nilai Antropologi dalam Novel 'Negeri 5 Menara' karya Ahmad Fuadi: Aspek Kehidupan Sosial, Budaya, dan Agama di Pesantren
Memahami Kekuatan Ekspresif dalam Novel 'Sepotong Senja untuk Pacarku' karya Seno Gumira Ajidarma: Melibatkan Emosi Pembaca