KLIKANGGARAN-- Sabtu dini hari, 16 Oktober 2021, Pulau Bali diguncang gempa magnitudo 4.8. Dari rilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, episenter gempa Bali berada di koordinat 8,32° LS dan 115, 45° BT.
Gempa Bali berlokasi di darat. Terletak 8 KM sebelah barat laut Karangasem dengan kedalaman hiposenter 10 KM. Getaran tidak hanya dirasakan di sekitar episenter, tetapi juga sampai ke Pulau Lombok.
Meskipun skala gempa Bali masih di bawah 5 SR, kerusakan yang terjadi boleh dibilang cukup parah. Puluhan bangunan rumah serta tempat ibadah rusak ringan hingga berat.
Baca Juga: Yesss, Indonesia Masuk Final Piala Thomas, Ketemu China Di Final
Dilaporkan juga, gempa Bali menelan korban jiwa sebanyak tiga orang. Dua dari Kabupaten Bangli dan satu orang dari Kabupaten Karangasem. Selain itu, belasan orang luka-luka dan menderita patah tulang akibat berusaha menyelamatkan diri dari bangunan runtuh.
Gempa kali tidak hanya merusak bangunan, tetapi juga menyebabkan tanah longsor. Seorang balita dari Kabupaten Karangasem menjadi salah satu korban jiwa. Hingga artikel ini dibuat, pembersihan puing-puing bangunan dan tanah longsor masih dilakukan. Penduduk yang rumahnya rusak masih mengungsi ke posko darurat atau rumah kerabat yang berada di zona aman.
Menilik lokasi dan kedalaman gempa, diduga getaran disebabkan oleh aktivitas magma dari kompleks gunungapi Agung-Batur yang menghasilkan pergerakan sesar lokal.
Seperti kita tahu, Gunung Agung dan Batur termasuk dalam jajaran Cincin Api zona subduksi Selat Sunda yang masih aktif hingga saat ini. Isu soal gempa besar dengan skala lebih dari 9 SR sudah menjadi trending belakangan ini. Berbagai rilisan soal prediksi gempa supermasif sempat membuat heboh warga dunia, khususnya yang tinggal di sekitar Ring of Fire.
Sering disampaikan oleh para pakar gempa, bahwa peristiwa tumbukan atau pergeseran lempeng bumi tidak bisa dipastikan waktunya. Yang bisa dilakukan hanya membuat prediksi berdasarkan data yang terkumpul sejak ratusan tahun lalu.
Dari data itu, tergambarlah pola pergeseran lempeng, juga siklusnya. Meskipun tidak selalu tepat, pemodelan yang dihasilkan cukup ampuh untuk berjaga-jaga. Pihak berwenang bisa membuat mitigasi yang optimal untuk menekan jumlah korban jiwa dan kerusakan fisik pada bangunan.
Baca Juga: Pool Modem Alat Canggih yang Dipakai Pinjol Memblast SMS dan Meneror Masyarakat, Waduh tuh Alat
Selama lempeng bumi terus bergerak, potensi gempa pasti ada. Yang perlu kita lakukan adalah tetap tenang, selalu waspada, dan tidak terpancing hoaks yang ramai beredar.
Lakukan tindakan yang tepat ketika gempa terjadi. Keluar dari bangunan memang yang langkah disarankan. Namun, jika tidak memungkinkan, lindungi diri di bawah meja sambil menjaga kepala pada posisi aman terhadap benturan.***
Artikel Terkait
Sejalan dengan Program Bupati PALI, Tahun 2022 RSUD Talang Ubi Sudah Difungsikan
Menganiaya Pengunjung Karaoke , Dua Pemuda di Banyumas, Diamankan Polisi
CPI, SKK Migas, KLHK, dan DLHK Riau Sepakat Mencari Solusi Pemulihan Pencemaran Lingkungan Hidup Blok Rokan
Lagi, KPK Panggil Anggota DPRD Muara Enim, Sudah 18 Saksi yang Diperiksa
Juarsah Bacakan Pledoi, Nasib Seorang Wakil Bupati yang Terzalimi
Sukseskan Acara Perkemahan Wirakarya Nasional, Diskominfo Provinsi Jambi Lakukan Rapat dengan Bakti Kominfo
Mahasiswa Korban Kekerasan Oknum Polisi: Dijemput Bupati Tangerang, Kapolresta dan Dandim saat Pulang dari RS
Kisah Sedih MTs Harapan Baru, Ciamis: Tragedi Susur Sungai Hingga Guru Pingsan ketika Berupaya Menolong
Harimau yang Menewaskan Warga yang Mencari Sinyal, Akhirnya Ditangkap Tim Gabungan BKSDA