Waduh, Nadiem Marah dan Akui Banting-Banting Meja apabila Pergi ke Daerah. Lah, Memangnya Kenapa, Pak?

photo author
- Rabu, 29 September 2021 | 07:31 WIB
Menteri Nadiem Makarim didampingi Gibran Rakabuming meninjau pelaksanaan PTM (Diskominfo Jateng)
Menteri Nadiem Makarim didampingi Gibran Rakabuming meninjau pelaksanaan PTM (Diskominfo Jateng)

Jakarta, Klikanggaran.com- Nadiem mengaku sering membanting meja. Apa pasal, Pak Nadiem?

Nadiem marah atau kesal pada Pemerintah Daerah yang membolehkan PJJ padahal di daerah itu koneksi internet dan gawainya tidak ada. Bagaimana mungkin ada kegiatan pembelajaran?

Kata Nadiem, jika begitu keadaannya, berarti murid-murid di daerah tersebut sama sekali tidak bersekolah.

Bayangkan saja, tidak ada pembelajaran maka anak-anak di daerah tersebut dan Indonesia secara keseluruhan akan terancam tertinggal pendidikan dan kesehatan mentalnya.

Baca Juga: 'Ya Udah Lah Ya': Apakah Frustrasi, Menyerah, atau Justru Kalimat Bijak?

Sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem menginstruksikan sekolah-sekolah agar mulai menerapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM).

Sayangnya, begitu kata Nadiem, masih banyak sekolah di daerah melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan alasan pandemi Covid-19.

Padahal, ada beberapa daerah yang tidak memiliki sarana dan prasarana yang baik untuk belajar daring, tapi tetap memaksakan diri tutup sekolah dengan alasan pandemi Covid-19.

"Saya sudah hampir 8 bulan banting-banting meja terus, pergi ke daerah untuk segera melaksanakan PTM terbatas, saya suka marah setiap kali ada berbagai daerah yang mungkin koneksi internet dan gawai saja tidak ada tapi sekolah itu diperbolehkan PJJ, artinya dia tidak sekolah, harusnya daerah tidak melakukan itu," ujar Nadiem pada Selasa (28/9/2021).

Baca Juga: Irjen Napoleon akan Diperiksa Propam Polri, Rabu 29 September, Terkait Dugaan Penganiayaan Kace

Anak-anak Indonesia sudah sangat terancam ketinggalan pelajaran dan kesehatan mental karena selama 1,5 tahun terakhir belajar daring, jelas Nadiem.

"Jadi ini dampak psikologis dampak kesepian itu juga menjadi bagian daripada kemampuan anak-anak kita untuk menjadi terbuka terhadap pembelajaran," ucapnya.

Saat ini, lanjut Nadiem, sudah ada 40 persen sekolah di Indonesia yang telah buka untuk pembelajaran tatap muka terbatas, namun ini menurutnya masih sangat sedikit.

Baca Juga: Nah Lho! Lesti DA dan Rizky Billar Mau Dipolisikan, Tarik Sis!

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Sumber: Bisnis.com

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X