KLIKANGGARAN-- Selain aplikasi berbagi konten, platform perpesanan instan mendapat kecaman atas peran mereka dalam membantu memfasilitasi kekerasan sipil Israel.
Minggu lalu, pesan obrolan di Signal dan Whatsapp yang dilihat oleh Middle East Eye menunjukkan bahwa kelompok sayap kanan Israel telah membahas secara rinci bagaimana mereka akan menyerang warga Palestina di Israel secara kasar.
“Bawalah semuanya, pisau, bensin,” baca satu pesan dalam obrolan grup bernama “Unit Bawah Tanah” dengan beberapa ratus anggota. “Jangan takut, kami yang terpilih.”
Propaganda Israel di Media Sosial
“Semua orang Arab yang Anda lihat - Anda tusuk,” tulis pesan di grup WhatsApp bernama Israel People Alive Haifa. “Mohon dilengkapi dengan bendera, tongkat pemukul, pisau, senjata, ruas jari kuningan, papan kayu, semprotan merica, apapun yang dapat melukai mereka. Kami akan memulihkan kehormatan orang-orang Yahudi. "
Di obrolan grup lain, juga di WhatsApp, seorang pengguna menulis: “Kami membutuhkan bom molotov. Ke masjid. Untuk membuat mereka gemetar. Kami akan membakar rumah mereka, mobil mereka, semuanya.”
Ada juga hasutan kekerasan terhadap warga Palestina di Telegram, mendorong beberapa pengguna di Twitter untuk meminta aplikasi perpesanan untuk campur tangan guna melindungi nyawa.
“Jika Telegram tidak bergerak cepat, hasutan di ruang digital akan terus menyebarkan kekerasan di jalanan terhadap warga Palestina,” kata Mona Shtaya.
Disinformasi dan Berita Palsu dalam Konflik Israel-Hamas
Mentalitas massa diperburuk oleh penyebaran informasi palsu: sebuah laporan New York Times menemukan bahwa pesan di Telegram dan WhatsApp memperingatkan bahwa Palestina sedang bersiap untuk menyerang warga Israel. Tidak ada laporan kekerasan di daerah yang disebutkan dalam pesan tersebut.
Seorang jurnalis menyamakan perkembangan tersebut dengan India pada tahun 2018, ketika terjadi serentetan pembunuhan massal setelah rumor palsu tentang penculikan anak dan pengambilan organ menyebabkan orang asing diserang dan dibunuh.
Hingga Minggu, 116 tersangka telah didakwa terkait dengan adegan kekerasan pekan lalu. Mereka semua orang Palestina.
Fake Reporter, pengawas disinformasi Israel, mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya telah menyampaikan berkas informasi terperinci kepada polisi Israel dan media tentang kelompok-kelompok sayap kanan yang menggunakan WhatsApp dan Telegram untuk merencanakan serangan terhadap bisnis dan warga sipil Palestina.
Tidak ada tindakan yang diambil sebagai akibatnya, dan beberapa bagian dari media bahkan menjawab bahwa hal itu tidak layak untuk diberitakan sampai kejahatan dilakukan.