Artikel opini yang ditulis oleh Nalendra Satyagama, pemerhati pendidikan
Saya sering mendapat pertanyaan dari beberapa rekan tentang cara membaca cepat soal teks dalam ujian. Pertanyaan ini diajukan rekan-rekan yang anaknya sudah berada di kelas jenjang akhir untuk menghadapi ujian sekolah atau ujian masuk perguruan tinggi negeri. Pertanyaan ini wajar diajukan karena mereka dituntut harus menjawab banyak soal, tidak hanya soal teks, dalam waktu yang terbatas. Format jawaban soal-soal tersebut berupa pilihan ganda yang membuat mereka harus memilih satu jawaban yang dianggap tepat.
Banyak tips membaca cepat yang dengan mudah ditemukan di berbagai sumber. Jika lebih spesifik lagi, ada pula teknik-teknik menjawab soal-soal teks dengan cepat. Kedua hal ini dapat dipelajari siswa untuk menghadapi soal-soal ujian berupa teks. Namun, ada satu hal yang harus lebih menjadi perhatian daripada sekadar menjawab soal, yaitu budaya membaca. Tips atau teknik-teknik membaca cepat perlu dilalui dengan proses terbiasa membaca. Tentu semua itu tidak dapat diraih dengan cara instan.
Yerusalem: Ketenangan yang Terselubung
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki selain menyimak, menulis, dan berbicara. Keterampilan ini perlu ditanamkan sejak dini untuk membekali siswa dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang salah satu alatnya adalah membaca. Orang tua, guru, dan masyarakat dapat berperan untuk menamamkan dan meningkatkan hal ini.
Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, kurikulum 2013 bidang studi bahasa Indonesia mengakomodasi dalam bentuk pembelajaran berbasis teks. Dalam bagian prawacana pembelajaran teks buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik untuk kelas X, edisi revisi tahun 2014 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, disebutkan bahwa dalam pembelajaran bahasa berbasis teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis
Institusi sekolah, sebagai lembaga pendidikan formal, dapat melakukan beberapa cara untuk menanamkan dan meningkatkan minat baca para siswanya. Ketersediaan bahan bacaan yang beragam dengan kuantitas yang cukup merupakan hal pertama yang perlu dipenuhi. Untuk mengisi ketersediaan bahan bacaan, sekolah dapat menyediakan secara mandiri atau bekerja sama dengan institusi swasta melalui program CSR (corporate social responsibility) atau program-program donasi buku dari berbagai komunitas. Beragamnya bahan bacaan membuat para siswa mempunyai pilihan untuk membaca sesuai dengan minatnya.
Antara Otoritas Palestina dan Aspirasi Jalanan Pemuda Palestina
Setelah ketersediaan bahan bacaan, beberadaan perpustakaan sekolah juga perlu ditingkatkan kembali eksistensinya. Perpustakaan dibuat senyaman mungkin agar siswa betah melakukan aktivitas membaca di dalamnya. Peran petugas perpustakaan perlu terus ditingkatkan kompetensinya dalam mengelola agar perpustakaan menjadi tempat kegiatan membaca yang digemari seluruh warga sekolah.
Perpustakaan bukan satu-satunya tempat untuk melakukan aktivitas membaca. Sekolah dapat pula menyediakan tempat-tempat untuk membaca yang lebih dekat dengan kelas atau aktivitas lalu lalang siswa. Di tiap sudut koridor atau lobi, pihak sekolah dapat menyediakan tempat terbuka yang nyaman dengan menempatkan beberapa bahan bacaan di sana.
Elon Musk Menghancurkan Bitcoin Lagi Hanya dengan Satu Kata
Sarana dan prasarana yang memadai perlu disinergikan dengan program-program sekolah yang mendukung aktivitas membaca. Pihak sekolah dapat mengalokasikan jam wajib membaca buku nonpelajaran lima belas menit sebelum jam pelajaran dimulai. Pada momen itu, para siswa diarahkan dan dimotivasi untuk membaca baik di perpustakaan, kelas, atau koridor depan kelas masing-masing. Selain itu, setiap guru bidang studi juga perlu mengalokasikan waktu minimal sekali dalam sebulan untuk belajar di perpustakaan. Kegiatan ini penting untuk menanamkan kegemaran mengunjungi perpustakaan yang muaranya adalah gemar untuk membaca. Selain program-program internal, pihak sekolah dapat juga mengadakan program dengan pihak eksternal, seperti bedah buku, seminar, peluncuran buku baru, atau pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat literasi siswa dan guru.
Para guru dapat berperan dalam hal aktivitas membaca ini sesuai dengan bidang studi masing-masing. Para guru tiap bidang studi dapat mewajibkan siswa untuk membaca untuk menyelesaikan membaca minimal satu buku bacaan di luar buku pelajaran dalam satu semester atau satu tahun pelajaran. Setelah para siswa selesai membaca, guru bidang studi dapat membuat semacam forum diskusi memberikan formulir pertanyaan terkait dengan isi bacaan, atau meminta siswa meringkas isi bacaan. Kegiatan peningkatan minat baca ini dapat mendukung penerapan Kurikulum 2013 yang berorientasi pada higher order thinking skills (HOTS, keterampilan bernalar tingkat tinggi) pada semua bidang studi.