Lalu, tentu saja, ada media pemerintah yang sebenarnya. Instrumen seperti "Radio Free Asia" (RFA) tidak pernah dialokasikan oleh media sosial sebagai "media yang berafiliasi dengan negara" seperti halnya CGTN dan RT, meskipun faktanya itu adalah alat yang didanai pemerintah AS yang secara langsung menyebarkan propaganda atas nama Washington. Teks RUU tersebut membuat tujuannya eksplisit: RFA akan digunakan untuk mempromosikan kerusuhan dan perlawanan di Xinjiang, Tibet, Hong Kong dan bahkan di China sendiri, sesuatu yang akan dianggap sebagai bentuk campur tangan asing yang jahat jika dilakukan ke arah barat.
Namun yang mengejutkan, ini tidak semuanya untuk China sendiri. AS ingin mencampuri dan memanipulasi politik (dan pikiran) warga ratusan negara melawan Beijing, dengan menyebarkan informasi "negatif" yang disengaja mengenai BRI, dengan, tentu saja, tanpa mempertimbangkan keuntungannya sama sekali. Ini berarti upaya propaganda Amerika akan menjangkau Amerika Latin, Asia Tenggara dan Asia Tengah, serta Afrika. Namun banyak orang di barat dengan senang hati menganggap perilaku ini normal atau dapat diterima, karena barat dianggap sebagai sumber "kebenaran" dan "pencerahan" dengan tanggung jawab untuk "menyelamatkan" yang terbelakang non-barat.
Artikel ini merupakan terjemahan dari “The cynical hypocrisy of the world’s No1 propagandist: US pledges $300mn to fund massive global anti-China media machine” yang ditulis oleh Tom Fowdy dan dipublikasikan di RT.com pada 26 April 2021, untuk membaca artikel aslinya: KLIK DI SINI