Dahlan Iskan: Cuma Butuh Rp 120 T Untuk Atasi Keganasan Covid-19

photo author
- Sabtu, 11 Juli 2020 | 19:49 WIB
Dahlan Iskan
Dahlan Iskan


Jakarta, KlikAnggaran.com —  Lonjakan kasus Covid-19 dalam beberapa hari terakhir membuat ketakutan baru. Jumlah kasus covid-19 di Indonesia digadang-gadan bisa melebihi China, episentrum awal penyebaran virus ini.


Pada Rabu (8/7) jumlah penambahan kasi baru covid-19 pecah rekor sebanyak 1.853 kasus. Besok harinya, Kamis (9/7) rekor baru lagi, kembali bertambah menjadi 2.657 kasus.


Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2011-2014, Dahlan Iskan menilai jika kondisi ini terus berlarut maka ekonomi akan kian sulit. Opsi solusi kemudian muncul, kembali ke PSBB? Samanya, juga sulit.


"Masyarakat sudah lelah dengan PSBB yang lalu. Daya tahan masyarakat sudah sangat terbatas. Terutama masyarakat golongan menengah ke bawah. Mereka tidak mungkin tidak keluar rumah: cari penghasilan," tulis Dahlan dalam situs resminya Disway.id


Namun jika masyarakat golongan ke bawah terus beraktivitas dan mengakibatkan penularan tidak terhenti, maka bola ada di tangan Pemerintah. Sebagai pengelola iuran pajak masyarakat, Pemerintah harus lebih sigap dalam kondisi genting saat ini, demikian tulis Dahlan. 


"Kalau kata Presiden Jokowi, tidak boleh bekerja biasa-biasa saja," ujar Dahlan. 


Dahlan melanjutkan, mengingat keadaan makin kritis dan ini sudah berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia, perut. Maka perlu bantuan konkrit yang diberikan. Dahlan menilai Rakyat miskin harus digaji.


"Mungkin jumlah mereka sampai 40 juta rumah tangga. Kalau satu kepala rumah tangga diberi Rp 1 juta/bulan, berarti Rp 40 triliun sebulan. Katakanlah tiga bulan. Hanya Rp 120 triliun," sebut Dahlan.


Berikut tanggapan Dahlan mengenai kasus Covid-19 yang terus melonjak dan solusinya.


Apa yang akan terjadi kalau angka Covid-19 itu naik terus?


Anda pun sudah tahu: secara ekonomi akan kian sulit. Kembali ke PSBB? Juga sulit. Masyarakat sudah lelah dengan PSPB yang lalu. Daya tahan masyarakat sudah sangat terbatas. Terutama masyarakat golongan menengah ke bawah. Mereka tidak mungkin tidak keluar rumah: cari penghasilan.


Itu berbeda dengan golongan menengah ke atas: yang tetap bisa makan meski tidak bekerja.


Satu-satunya cara --agar mereka mau tinggal di rumah-- adalah bantuan sosial. Yang nilai dan tanggalnya pasti.


Itu berarti harus menggunakan dana negara. Rakyat miskin harus digaji. Untuk apa? Agar mau tinggal di rumah. Tidak keluyuran yang bisa tertular Covid-19. Atau menularkan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Nisa Muslimah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X