Tim FKM UI : Jika Pemerintah Tidak Tegas Soal Larangan Mudik, Angka Kematian Karena Covid-19 Bakal Terus Bertambah

photo author
- Selasa, 14 April 2020 | 10:24 WIB
IMG_20200414_101808
IMG_20200414_101808


Jakarta, KlikAnggaran.com — Kasus pasien Covid-19 terus bertambah karena jika terus menerus kebijakan soal mudik tidak dilarang bahkan tidak ada ketegasan dari pemerintah, hal ini menyebabkan pasien kasus positif COVID-19 yang butuh perawatan rumah sakit bakal meningkat. Rumah sakit tidak akan cukup menampung lonjakan calon pasien, angka kematian berpotensi meningkat.


Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menghitung prediksi melalui 'Permodelan COVID-19 Indonesia, Apa yang Terjadi Jika Mudik?'. Dari permodelan bertanggal 12 April itu terlihat bakal ada lebih dari sejuta kasus COVID-19 yang butuh perawatan rumah sakit.


Sejuta orang yang terjangkit virus Corona itu bakal tersebar di semua provinsi di Pulau Jawa. Di sisi lain, kapasitas rumah sakit sudah makin kecil dari hari ke hari.


"Rumah sakit di daerah sudah dipastikan tidak dapat menampung. Kematian potensial meningkat," kata epidemiolog dari FKM UI, Pandu Riono, yang dikutip dari detikcom, Senin (13/4/2020).


Supaya situasi buruk tidak terjadi, doktor epidemiologi lulusan University of California Los Angeles ini menyarankan agar pemerintah melarang mudik. Soalnya, ini adalah perkara nyawa orang banyak.


"Batasi mudik dengan maksimal agar selamatkan jiwa rakyat dan tekan kerugian ekonomi akibat peningkatan kasus COVID-19 dan potensial kematian yang terjadi," kata Pandu ketika menyampaikan rekomendasi.


Pandu beserta pakar dari FKM UI lainnya, yakni Iwan Ariawan, Muhammad N Farid, dan Hafizah Jusril, telah menyusun 'Permodelan COVID-19 Indonesia, Apa yang Terjadi Jika Mudik?' bertanggal 12 April.


Berikut ini jumlah orang yang bakal terjangkit COVID-19 dan perlu perawatan rumah sakit, dibagi berdasarkan skenario 'dengan mudik' dan 'tanpa mudik'.


Estimasi kumulatif kasus COVID-19 di Pulau Jawa:


-


1. Jawa selain Jabodetabek (dengan mudik): +/- 1.000.000 kasus COVID-19 perlu perawatan RS
2. Jawa selain Jabodetabek (tanpa mudik): +/ 800.000 kasus COVID-19 perlu perawatan RS
3. Jabodetabek: +/- 250.000 kasus COVID-19 perlu perawatan RS


Angka tersebut diprediksi tercapai pada 1 Juli 2020. Sebelum momen puncak itu, angka kasus COVID-19 yang perlu perawatan rumah sakit bakal terus naik. Pada 24 Mei atau 1 Syawal, angka positif COVID-19 yang perlu perawatan RS sudah menembus 500 ribu kasus, bila tanpa larangan mudik.


Selisih antara skenario dan mudik dengan tanpa mudik sekitar 200.000 kasus COVID-19 yang perlu perawatan RS. Jadi bila pemerintah melarang mudik, maka tambahan 200.000 kasus COVID-19 yang perlu perawatan RS tidak akan terjadi.


Ada sejumlah asumsi yang dijadikan dasar oleh tim FKM UI untuk menghitung prediksi ini, yakni Survei Potensi Pemudik Angkutan Lebaran Tahun 2019 Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Hasil survei itu menyebutkan 44,1% orang dari Jakarta Bogor Depok Tangerang (Jabodetabek) yang mudik Lebaran tahun 2019. Sebanyak 44,1% Dari 100% orang di Jabodetabek berarti 14,9 juta orang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Nisa Muslimah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X