Di tahun 1945, Churchill begitu populer. Publik Inggris merasa berhutang budi padanya.
Tapi toh, ia dan partainya di tahun itu dikalahkan dengan telak dalam pemilu 1945. Ia terkesima. Dunia terkesima. Kok bisa Churchill dikalahkan rakyat yang merasa berhutang budi padanya?
Partai liberal, lawan dari partai Churchill menawarkan program yang lebih dibutuhkan. Setelah perang, rakyat lebih membutuhkan pekerjaan, asuransi kesehatan, dan program kesejahteraan. Partai liberal menawarkan program itu. Churchill dan partainya terlambat menyadari.
Itulah hukum besi politik. Sebesar apapun seorang tokoh, jika ia tak lagi menawarkan kebutuhan zaman baru, ia dikalahkan. Churchill dipuja. Tapi Churchill juga tidak dipilih.
Di museum Churchill saya merenung. Saya mengamati. Saya belajar banyak.
(Catatan Perjalanan Denny JA, Juli 2019)