Kini, para aktifis muda baru lainnya bermunculan mewarnai setiap aksi demostrasi di tiap daerah atau pun ibukota. Atas nama rakyat kecil mereka berteriak lantang akan nasib dan kesejahteraan masyarakat, yang ujung-ujungnya untuk memenuhi kocek pribadi mereka saja. Memang, tidak semua demostrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa/aktivis seperti itu. Saya yakin masih ada sebagian dari mereka yang betul-betul ikhlas membela rakyat kecil. Contohnya, masih ada sebagian dari aktifis pemuda yang melakukan advokasi untuk memberdayakan masyarakat pinggiran. Mereka berusaha mengimpower masyarakat dengan memberikan penyadaran politik (civic education) dan penguatan nalar publik, dengan menanamkan pemahaman masyarakat atas hak dan kewajibannya di dalam berbangsa dan bernegara. Mereka dengan keterbatasannya tetap sukarela menolong rakyat kecil tanpa pamrih.
Seharusnya sikap dan mental seperti inilah yang harus dimiliki oleh para elit politik, politisi muda dan juga para aktifis mahasiswa di negeri ini. Sikap mengedepankan kepentingan umum ketimbang kepentingan pribadi, menolong kaum papa yang tak berdaya. Menyikapi perbedaan sebagai rahmat, bukan sebagai musuh yang harus disingkirkan! Membangun rasionalitas berpolitik yang mengedepankan etika moral dan akal sehat. Menjauhkan diri dari sikap tamak harta dan benda yang menghalalkan segala cara. Berpolitik luhur untuk membangun peradaban bangsa yang mulia, tanpa harus menghancurkan sesama kita.
Dengan rasionalitas dan moralitas, politik akan terlihat lebih seperti seni dan kemuliaan, bukan kejam dan busuk yang selama ini kita lihat. Kasantunan, kedewasaan, dan keluhuran budi dalam berpolitik merupakan keniscayaan dalam membangun peradaban sebuah bangsa. Tanpa itu semua, nihil rasanya kalau peradaban yang agung akan tercipta. Maka dari itulah mulai saat ini juga, baik elit politik maupun para (aktifis) pemuda/mahasiswa wajib mengedepan etik moral berpolitik, berbangsa dan bernegara. Karena politik tanpa rasionalitas moral dan ilmu pengetahuan akan menjadi sangat jahat. Sebaliknya, moral saja tanpa diimbangi kesadaran politik (kerakyatan dan kebangsaan) hanya akan menjadi tatanan kehidupan yang sia-sia. Maka berpolitiklah dengan akal sehat dan kejernihan nurani, demi masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik. Semoga![]
Penulis adalah: Intelektual Muda NU;
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB)
(Pemikir Masalah-masalah Kebangsaan. Menulis beberapa buku diantaranya: “QUO VADIS NASIONALISME?, Merajut Kembali Nasionalisme Kita yang Terkoyak,” 2015, & “IRONI DEMOKRASI,” 2016, diterbitkan: LKSB & BSD MIPA, “SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SALAH KELOLA! Kritik Terhadap Pengelolaan SDA Rezim Pascakolonial,” 2012, diterbitkan: LTN PBNU)