Telkom awalnya selalu berdalih bahwa ini adalah kesalahan Satelit Telkom 1 produksi Lockheed Martin yang sudah kadaluwarsa atau jatuh tempo penggunaan. Namun dari penelusuran Indonesian Club, dalam laporan tahunan PT. Telkom pada United State Securities & Exchange Commision tahun 2016 menjelaskan bahwa Satelit Telkom 1 Operational Life Time (memiliki kehidupan operasional). Sangat kontras dengan pernyataan resmi dirut PT. Telkom dan beberapa pihak terkait. Modus operandi mereka untuk menghilangkan sejumlah kewajiban dan menutup kesalahan laporan keuangannya adalah dengan melakukan Migrasi Billing system I-SISKA yang selama ini digunakan untuk mengelola data pelanggan.
Praktek Migrasi data sebesar 4,2 juta pelanggan adalah untuk menghapus kewajiban PT. Telkom melakukan pembayaran lisensi kepada PT. ORANGE & SOFRECOM. Jika ini berhasil maka patut diduga dana yang mencapai lebih dari Rp 1,2 triliun yang seharusnya dibayarkan kepada PT.ORANGE & SOFRECOM diduga akan dan atau telah dibagi rata kepada oknum-oknum PT. Telkom baik yang masih menjabat ataupun mantan dan oligarki politik untuk mengamankan posis dan kekuasaannya. Menjelang PEMILU 2019, Oligarki politik dan Mafia Telekomunikasi sedang merencanakan perampokan besar-besaran di tubuh PT. Telkom. Hingga saat ini penelusuran kami menemukan bahwa jalan hukum internasional akan ditempuh oleh pihak-pihak yang dirugikan. Walhasil, besar kemungkinan Telkom akan mendapatkan suspend di internasional dan mengakibatkan kebangkrutan raksasa telekomunikasi yang kita cintai ini.
Demikian disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indonesian Club, Gigih Guntoro, dalam rilis berjudul SKANDAL TELKOM GATE PART 2, diterima Klikanggaran.com di Jakarta, Senin (2/10/2017).