Stafsus muda ini tentu dipilih bukan tanpa alasan. Mereka diharapkan bisa membantu memberikan pandangan kepada Presiden terkait dengan keputusan-keputusan yang nantinya akan diambil. Secara sederhana, saat itu disebutkan bahwa stafsus milenial ini akan menjadi teman diskusi Presiden.
Tugas para stafsus diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2012 tentang utusan Khusus Presiden, Staf Khusus Presiden, dan Staf Khusus Wakil Presiden.
Disebutkan pada Pasal 18 Ayat (1), Staf Khusus Presiden melaksanakan tugas tertentu yang diberikan Presiden di luar tugas yang sudah dicakup dalam susunan organisasi kementerian dan instansi pemerintah lainnya.
Harapan
Pemerhati Politik dari Universitas Gadjah Mada, Kuskridho Ambardi, menyebutkan keberadaan para stafsus ini diharap bisa menjadi pihak yang bergerak dengan cepat tanpa birokrasi berbelit, dapat membantu Presiden mengidentifikasi masalah, dan menemukan solusi.
"Kalau cara normal kan dia dibantu oleh menteri dan staf-stafnya sampai level Dirjen, tapi itu kan birokrasinya panjang," kata Dodi, sapaan akrabnya, 11 November 2019.
Mereka yang berasal dari kalangan muda dan terpelajar diharapkan bisa memberikan pandangan-pandangan luas yang di luar kebiasaan kepada Presiden.
Sementara itu, analis politik dari Universitas Diponegoro, Wijayanto, menganggap perekrutan 7 stafsus milenial ini sebagai upaya kaderisasi kepemimpinan yang dilakukan Jokowi.
Menurut dia, hal ini baik dan tidak banyak yang melakukan, termasuk partai-partai politik.
"Ini menjadi menarik karena pada saat yang sama kita melihat partai politik tidak melakukan kaderisasi dengan baik. Itu terlihat dari minimnya anak muda di parlemen," kata Wijayanto, 22 November 2019.
Efektivitas dipertanyakan
Selain diakui menjadi jalan kaderisasi, keberadaan para anak muda di Istana ini juga kemudian dipertanyakan keefektivitasannya.
Meski berstatus sebagai Staf Khusus Presiden, namun suara yang mereka berikan masih akan bersaing dengan suara-suara yang datang dari pihak lain, seperti menteri atau partai politik.
"Karena kita tahu kabinet sudah gemuk dan semua ingin punya peran di sana. Ketika kepentingan-kepentingan elit berseberangan dengan milenial ini tentu kita bisa menduga siapa yang akan menang," ujar Wijayanto.
Jadi sorotan