Amazingly, seiring berjalannya waktu, saya mulai menemukan banyak perubahan pada Afnan. Ia mulai bisa menahan diri saat merasa terusik atau tidak nyaman.
Mulai mencoba mengungkapkan apa yang dirasakan melalui komunikasi verbal, bukan dengan tangisan atau teriakan. Ia yang kerap terlihat bercucuran air mata, sekarang lebih banyak muncul tawa dan senyuman.
Saya jadi memahami, ternyata bukan getaran saja yang bisa beresonansi hingga membuat benda lain di sekitarnya ikut bergetar. Tapi emosi, rasa pun bisa juga beresonansi. Resonansi rasa.
Artikel ini merupakan opini an ditulis oleh Ika Saginingsih, Praktisi Pendidikan di Bekasi***