opini

Psikologi Sastra: Sebagai Masalah Manusia yang Melukiskan Potret Jiwa

Rabu, 6 Maret 2024 | 20:19 WIB
Ilustrasi (dok)

KLIKANGGARAN -- Studi psikologi sastra adalah studi yang melibatkan dunia dalam. Dengan demikian, lebih banyak mengandalkan kemampuan seseorang dalam menginterpretasi dan merekonstruksi seseorang dalam hal psikologis.

Tentunya, memahami seseorang dalam hal psikologis bukanlah hal yang mudah sebab dibutuhkan pemahaman yang mendalam tentang psikologi untuk memahami psikologi seseorang.

Dengan demikian, seseorang mampu menilai psikologi seseorang jika dia memang memiliki kemampuan psikologis, baik yang diperoleh secara otodidak ataupun secara akademis. Di kalangan masyarakat terutama masyarakat umum kurang begitu menyukai dunia filsafat dan dunia psikologi.

Kedua dunia tersebut dianggap sebagai dunia pemikiran atau yang dikenal dengan dunia dalam. Dunia tersebut sulit dijangkau oleh masyarakat umum sebab membutuhkan kemampuan berpikir dan bernalar yang lebih dalam.

Baca Juga: Bappeda Nagan Raya Gelar Musrena Tahun 2024, Ini Arahan yang di Berikan Sekda Nagan Raya

Dalam hal ini, manusia yang memiliki kemampuan untuk belajar fi lsafat dan psikologi adalah manusia yang memang menyukai dunia dalam yang lebih banyak menggali masalah-masalah ketidaksadaran ataupun sesuatu yang kadang unpredictable dalam kehidupan manusia. Untuk mempelajari hal tersebut memang tidak mudah. Karena itu, tidak semua orang mau mempelajarinya.

Bertolak dari fakta tersebut studi psikologi sastra juga demikian. Tidak begitu banyak orang yang menyukai studi psikologi sastra sebab berkait dengan kendala pemahaman terhadap psikologi itu sendiri.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa beberapa studi psikologi sastra masih belum banyak jika dibandingkan dengna studi sosiologi sastra.

Tentunya, hal tersebut wajar, sebab banyak praktisi dari sosiologi yang berkecimpung dalam sastra, tetapi jarang praktisi psikologi yang berbicara tentang sastra.

Baca Juga: Lolly Pulang ke Indonesia, Vadel Badjideh dengan Bangga Peluk Anak Nikita Mirzani

Padahal, sastra sebagai artefak kebudayaan merupakan hasil pemikiran manusia yang di dalamnya juga kaya akan masalah-masalah yang berkait dengan psikologi, baik psikologi yang monodisipliner maupun psikologi yang interdisipliner.

Minat peneliti sastra dalam hubungannya dengan psikologi juga tidak begitu banyak juga bermula dari sang peneliti itu sendiri. Jika ditelusur lebih dalam, peneliti sastra memang lebih banyak menyukai kajian yang perspektif social budaya sebab hal itu yang banyak menjual di masyarakat.

Selain itu, studi tentang sosio-budaya adalah studi yang konon lebih mudah sebab muncul secara kasat mata dan banyak contoh kajian tentang hal tersebut. Tentunya, sebagaimana dipahami bersama, studi psikologi sastra adalah studi yang ada di bawah permukaan sebab berbicara tentang konteks psikologi manusia.

Pembongkaran terhadap kondisi seseorang memerlukan kedalaman berpikir dan kedalaman psikologis agar bisa menemukan psikologi yang sedang digali.

Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB