Pendidikan tidak bisa disamakan untuk semua. Scaffolding memberikan pendekatan yang adaptif dan manusiawi: membimbing saat dibutuhkan, dan melepas ketika siswa siap mandiri. Strategi ini menghormati proses belajar sebagai sebuah perjalanan, bukan sekadar hasil akhir.
Untuk itu, sudah waktunya scaffolding dijadikan bagian dari praktik pembelajaran yang lebih luas. Guru perlu diberi pelatihan, kebijakan pendidikan perlu mendorong pendekatan ini, dan siswa harus didukung dalam setiap tahap perkembangannya.
Karena pada akhirnya, setiap anak berhak memiliki "tangga" belajarnya sendiri. Dan tugas kitalah sebagai pendidik untuk menyediakannya dengan sabar, sadar, dan penuh empati.**
Artikel ini merupakan opini yang ditulis oleh Lina Marlina,S.Pd.,M.Pd . (Dosen Universitas Pamulang)
Artikel Terkait
Sulthon, Siswa SMA Al-Hadiid, Cileungsi Sukses Masuk PTN: Berkat Tekad dan Konsistensi Belajar
Dosen Teknik Informatika Universitas Pamulang Gelar Pengabdian Kepada Masyarakat Tingkatkan Pengalaman Pengguna Aplikasi Belajar Online
Sri Mulyani Terkesan dengan Model Ekonomi China, Singgung Dunia Perlu Belajar dari RRT
Azizah, Siswa MAN 1 Tangerang Selatan Diterima di IPB: Bukti Ketekunan Menulis sebagai Metode Belajar yang Efektif